medcom.id, Paris: Calon presiden Prancis yang ditentang, Francois Fillon, bersumpah "tidak ada" yang bisa memaksa dirinya untuk mengundurkan diri hanya karena dia diperiksa pengadilan.
Fillon tidak menggubris seruan agar dirinya mundur dari pilpres lantaran terbelit skandal anggaran. Para pemimpin partai menyusun pertemuan membahas krisis, Senin 6 Maret 2017, atas pencalonannya.
Calon konservatif itu mengeluarkan tantangan setelah gelaran unjuk rasa puluhan ribu pendukungnya mengibarkan bendera di Paris.
"Tidak ada seorang pun sekarang yang dapat mencegat saya menjadi kandidat," kata Fillon dalam wawancara TV, Minggu 5 Maret. Sembari menegaskan kembali bahwa penyelidikan atas dugaan ia memberi istrinya pekerjaan palsu di yang dibayar mahal parlemen itu bermotif politik.
"Tentu saja itu ditujukan untuk menghentikan saya menjadi kandidat," kata Fillon, yang akan didakwa pada 15 Maret.
Mantan Perdana Menteri Alain Juppe sudah disebut-sebut sebagai kemungkinan penggantinya. Para pemimpin partai Republik berencana rapat, Senin malam, dan Juppe juga akan membuat pengumuman.
Namun Fillon menepis isu soal partainya bisa menyisihkan dia. "Jika kalangan pemilih dari sayap kanan dan moderat menginginkan Alain Juppe, mereka akan memilih Alain Juppe," katanya, seperti dikutip AFP, Senin 6 Maret 2017.
Fillon dikritik di media sosial setelah berkata dia 'tidak autis' dan mencermati masalah dalam kampanyenya. Fillon, pemeluk Katolik taat, mengalahkan Juppe di pemilihan pendahuluan Partai Republik pada November, meraih kemenangan mengejutkan dengan berkampanye sebagai calon 'yang jujur'.
'Pekerjaan Palsu'
Dia menjadi favorit dalam pilpres sampai harian Le Canard Enchaine menduga pada pertengahan Januari ia membayar Penelope istrinya dan dua anak mereka hampir 900 ribu Euro (setara USD950 ribu) sebagai jajaran asisten parlemennya.
Tokoh-tokoh senior partai pengusung Fillon sudah menyerukan capres 63 tahun itu supaya membatalkan pencalonannya. Jajak pendapat yang dirilis, Minggu, membenarkan bahwa dukungannya telah tergembosi dan dia akan tersingkir di putaran pertama pilpres pada 23 April.
Sebagian besar survei menunjukkan, pemimpin sayap kanan Marine Le Pen dan calon moderat Emmanuel Macron akan maju ke putaran akhir pada 7 Mei.
Sebelumnya ia berjanji akan mundur kalau didakwa, tapi kemudian menarik kembali janjinya. Fillon menggambarkan dirinya sebagai korban ketidakadilan, (dari pihak-pihak) yang bermaksud menempatkan kasusnya untuk mempengaruhi pandangan masyarakat.
Sebelumnya, Fillon berpidato kepada para pendukungnya, yang melambaikan bendera Prancis, di Trocadero Square di seberang Sungai Seine dengan Menara Eiffel.
Dia minta maaf atas skandal anggaran, dengan mengaku yakin dia akan membuktikan dirinya tidak bersalah. Timnya mengklaim, 200.000 orang menghadiri rapat umum. Tetapi wartawan AFP menyebut jumlah peserta hanya puluhan ribu. Polisi berkata kapasitas maksimum alun-alun sekitar 40.000.
Istri Fillon kelahiran Inggris, Penelope, yang menemaninya dalam aksi demo, memecah keheningannya, di awal Minggu. Berbicara kepada Le Journal du Dimanche, dia curhat telah mengemban "banyak tugas yang berbeda" demi suaminya selama karirnya yang panjang.
Dia juga telah mendesak sang suami untuk "terus berjuang hingga akhir". Tapi dikatakannya, hanya Fillon yang bisa membuat keputusan akhir.
Polisi menggerebek rumah mewah Fillon di dekat Le Mans, pada Jumat 3 Maret, dan apartemen mereka di Paris digeledah sehari sebelumnya.
Desakan Terbaru Agar Mundur
Meski Fillon bersikukuh, muncul seruan memaksa dirinya agar menyingkir. Christian Estrosi, pimpinan wilayah selatan sekitar Marseille, mengatakan, ia dan dua senior sayap kanan lainnya akan bertemu Fillon, Senin, guna mendesak dia untuk "mundur secara terhormat".
Anggota penting tim Fillon ini telah meninggalkan bahtera dan wakil sekjen partai, Gerald Darmanin, mengatakan, Minggu, ia berhenti dari jabatannya kalau Fillon menolak mundur.
Siapapun penggantinya harus ditentukan sebelum 17 Maret, tenggat waktu buat mengoleksi 500 tanda tangan dari pejabat terpilih, yang dibutuhkan seorang kandidat buat maju ke pilpres.
Juppe, yang lebih moderat daripada Fillon, dikenakan penangguhan hukuman penjara pada tahun 2004 atas skandal dana partai. Tuduhan terhadap Fillon telah mewarnai pilpres secara tak terduga.
Le Pen, 48, mengkampanyekan pelantar anti-imigrasi dan anti-Uni Eropa, sudah berupaya memanfaatkan sentimen anti kemapanan. Isu yang sama itu melontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke atas singgasana kekuasaan dan menyebabkan warga Inggris minggat dari Uni Eropa.
Jajak pendapat saat ini menunjukkan bahwa bagaimanapun Le Pen akan takluk di putaran final, ditundukkan oleh Macron atau calon konservatif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News