Pengungsi dan pencari suaka mengikuti pelajaran di Munich, Jerman, 24 Februari 2016. (Foto: AFP/CHRISTOF STACHE)
Pengungsi dan pencari suaka mengikuti pelajaran di Munich, Jerman, 24 Februari 2016. (Foto: AFP/CHRISTOF STACHE)

10 Serangan Sehari, Kekerasan terhadap Imigran Meningkat di Jerman

Arpan Rahman • 27 Februari 2017 15:40
medcom.id, Berlin: Jerman mencatat lebih dari 3.500 serangan terhadap pengungsi dan imigran di berbagai tempat penampungan suaka sepanjang tahun lalu. Itu artinya, rata-rata hampir 10 tindak kekerasan terhadap imigran terjadi dalam sehari.
 
Serangkaian serangan -- yang terjadi bertepatan dengan usaha Jerman membatasi gelombang pendatang baru -- melukai 560 orang, 43 di antaranya anak-anak. Data dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Jerman dalam rilis tertulis atas pertanyaan parlemen, Minggu 26 Februari 2017. 
 
"Orang-orang yang telah meninggalkan negara asal mereka dan mencari perlindungan di Jerman memiliki hak memiliki penampungan yang aman," demikian tertulis di rilis itu, seperti dilansir Japan Times dari laporan AFP-JIJI, Senin 27 Februari 2017.

Mengutip statistik kepolisian, 2.545 serangan atas pengungsi dilaporkan terjadi di Jerman pada 2016. 
 
Angka-angka ini tidak memiliki dasar perbandingan langsung dengan tahun-tahun sebelumnya, karena sejumlah serangan telah diperkenalkan hanya sebagai kategori terpisah dari kejahatan bermotif politik pada 2016.
 
Selain itu, terdapat 988 kasus kekerasan terhadap pemukiman pengungsi dan pencari suaka sepanjang tahun lalu, termasuk jenis serangan pembakaran.
 
10 Serangan Sehari, Kekerasan terhadap Imigran Meningkat di Jerman
Kepolisian Jerman bersiaga di Hildesheim. (Foto: AFP)
 
Politik Pintu Terbuka
 
Pada 2015, jumlahnya sedikit lebih tinggi di angka 1.000 tindak pidana. Satu tahun sebelumnya, hanya ada 199 kasus.
 
Sejumlah angka terpisah, tambah Kemendagri Jerman, tidak termasuk dalam statistik polisi. Angka itu menunjukkan adanya 217 serangan terhadap organisasi dan relawan yang bekerja untuk para pencari suaka.
 
Kenaikan tajam dalam kejahatan bernuansa kebencian timbul setelah Jerman menerima 890.000 pencari suaka pada 2015 di puncak krisis keimigrasian di Eropa.
 
Keputusan Kanselir Jerman Angela Merkel membuka pintu bagi mereka yang melarikan diri dari konflik dan penganiayaan sangat terpolarisasi, dan memicu dukungan bagi Alternative for Germany, partai populis sayap kanan.
 
Jumlah kedatangan turun tajam pada 2016 menjadi 280.000. Hal itu terjadi sebagian besar karena tutupnya perbatasan di jalur darat Balkan dan kesepakatan Uni Eropa dengan Turki untuk membendung gelombang pengungsi.
 
Seorang anggota parlemen untuk Die Linke, partai sayap kiri Jerman, Ulla Jelpke, menyalahkan kekerasan anti-migran dari ekstremis sayap kanan dan mendesak pemerintah bertindak lebih tegas.
 
10 Serangan Sehari, Kekerasan terhadap Imigran Meningkat di Jerman
Kanselir Jerman Angela Merkel. (Foto: AFP)
 
Gerakan Sayap Kanan
 
"Kami melihat hampir 10 tindak pidana sehari," katanya.
 
"Apakah orang harus mati terlebih dahulu di tangan kekerasan sayap kanan agar kematian itu dapat dinilai sebagai masalah keamanan dalam negeri dan membuatnya jadi puncak agenda kebijakan nasional?" tanyanya.
 
Awal bulan ini, seorang neo-Nazi Jerman dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena membakar sebuah gedung olah raga yang menjadi pemukiman pengungsi. Pembakaran menyebabkan kerusakan senilai tiga setengah juta Euro (setara USD3,7 juta).
 
Dalam kasus lain yang mengejutkan Jerman, puluhan penonton bersorak dan bertepuk tangan meriah di saat penampungan suaka dibakar di timur kota Bautzen pada bulan ini.
 
Orang-orang mendengar teriakan "Bagus, bakar saja," dalam kasus itu. Sementara polisi menggambarkan kerumunan orang memperlihatkan emosi "sukacita" di tengah kobaran api.
 
Tantangan yang dihadapi Jerman dalam mengintegrasikan gelombang pendatang baru diperkirakan menjadi topik panas dalam kampanye pemilu kanselir pada September mendatang.
 
10 Serangan Sehari, Kekerasan terhadap Imigran Meningkat di Jerman
Unjuk rasa mengecam pertemuan tokoh sayap kanan di Koblenz, Jerman. (Foto: AFP)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan