Dalam wawancara dengan radio France Inter, Snowden berharap suatu hari nanti dapat melihat Macron melakukan gestur tertentu yang dapat membuat dirinya hidup di Prancis.
Tidak hanya suaka, Snowden juga berharap ia dan para pembocor rahasia di luar sana bisa mendapatkan perlindungan secara menyeluruh. Ia menilai seorang pembocor rahasia adalah sosok yang perlu dilindungi, bukan diburu.
"Melindungi pembocor rahasia bukan tindakan berbahaya. Menyambut orang seperti saya bukanlah sebuah serangan terhadap AS," kata Snowden, dikutip dari Independent, Minggu 15 September 2019.
Kasus Snowden adalah salah satu kebocoran data intelijen terbesar dalam sejarah AS. Snowden mengaku hal paling sedih dalam kasusnya ini adalah fakta bahwa "satu-satunya tempat berlindung bagi seorang pembocor rahasia asal AS adalah bukan di Eropa, tapi di Rusia."
Ia mengaku pernah mengajukan suaka ke Prancis saat negara tersebut masih dipimpin Francois Hollande pada 2013.
Data yang dibocorkan Snowden meliputi 41 slide program PowerPoint yang memperlihatkan metode pengumpulan data oleh Agensi Keamanan Nasional AS atau NSA. Dalam bocoran itu, NSA terindikasi melakukan pengintaian massal kepada seluruh masyarakat AS.
Dinamakan PRISM, program pengintaian itu mengumpulkan data komunikasi dari berbagai operator internet di AS.
Awalnya Snowden melarikan diri ke Hong Kong untuk membocorkan dokumen itu pada 2013. Namun ia pergi ke Rusia dan mendapat suaka.
Meski aksinya dipandang para aktivis hak masyarakat sipil sebagai sesuatu yang heroik, Pemerintah AS ingin Snowden diadili di pengadilan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News