Boris Johnson calon kuat untuk menjadi Perdana Menteri Inggris. Foto: AFP
Boris Johnson calon kuat untuk menjadi Perdana Menteri Inggris. Foto: AFP

Boris Johnson Diperkirakan jadi Perdana Menteri Inggris

Fajar Nugraha • 23 Juli 2019 13:06
London: Boris Johnson diperkirakan akan memenangkan perlombaan menjadi Perdana Menteri Inggris berikutnya. Namun berbagai masalah menunggu Johnson jika terpilih sebagai PM Inggris.
 
Kebuntuan Brexit dan krisis kapal tanker berisiko tinggi dengan Iran patut menjadi perhatian utama bagi Johnson.
 
Johnson, sebelumnya bersumpah untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada batas waktu 31 Oktober, dengan atau tanpa kesepakatan. Kondisinya ini diperkirakannya akan langsung bentrok dengan Brussels (markas Uni Eropa) dan Parlemen Inggris. Iran juga menjadi perhatian masalah yang akan dihadapi Johnson.

Mantan Wali Kota London, yang memikat dan mengejutkan rekan-rekannya secara luas diperkirakan akan mengalahkan Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt ketika hasil dari kontes kepemimpinan Konservatif diumumkan. Pemimpin baru partai yang memerintah akan mengambil alih dari Theresa May sebagai perdana menteri pada Rabu.
 
Setelah melelahkan semua jalan yang memungkinkan untuk mendapatkan rencana Brexit melalui parlemen, May mengundurkan diri sebagai pemimpin partai pada 7 Juni. Kondisi memicu kontes kepemimpinan dalam enam minggu. Sekitar 160.000 anggota Partai Konservatif memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin baru mereka.
 
Tetapi perdana menteri yang akan datang menghadapi situasi yang persis sama atau bahkan lebih buruk, dengan parlemen menemui jalan buntu ketika batas waktu Brexit tampak.
 
Mayoritas berbahaya
 
Pemimpin baru akan memiliki hanya tiga bulan untuk mencoba menyelesaikan krisis Brexit tiga tahun yang dapat merusak ekonomi di kedua sisi Saluran dan menentukan nasib generasi orang Inggris.
 
Sementara mata uang Poundsterling diperdagangkan mendekati level terendah dua tahun terhadap Dolar dan Euro. Perdana menteri baru pun akan mengambil alih dengan mayoritas sangat kecil di Majelis Rendah parlemen.
 
Itu dipotong menjadi hanya dua pada hari Senin setelah penangguhan Charlie Elphicke dari jajaran Konservatif setelah ia didakwa dengan tiga tuduhan pelecehan seksual. Dia membantah tuduhan itu.
 
Penunjukan Johnson yang tampaknya segera memicu beberapa menteri untuk mengumumkan pengunduran diri mereka, termasuk Menteri Keuangan Philip Hammond.
 
Alan Duncan berhenti sebagai Menteri Eropa dan Amerika Inggris pada Senin dan mencoba untuk menjatuhkan kepemimpinan Johnson bahkan sebelum ia menjabat.
 
"Saya memiliki keprihatinan yang sangat besar bahwa ia terbang di dekat kursi celananya dan semuanya agak serampangan dan berantakan," kata Duncan kepada I seperti dikutip AFP, Selasa, 23 Juli 2019.
 
"Aku hanya berpikir dia akan jatuh ke dalam krisis pemerintahan,” tegas Duncan.
 
Duncan juga mencoba untuk memaksa uji dukungan Johnson di parlemen melalui debat darurat pada Selasa. Namun upaya itu ditolak oleh Ketua Komisi John Bercow.
 
Politik di Inggris telah menjadi semakin terpolarisasi seputar masalah Brexit. Baik Partai Konservatif maupun oposisi utama Partai Buruh yang berjuang melawan pertikaian.
 
Partai Liberal Demokrat, partai oposisi anti-Brexit terbesar, pada Senin mengumumkan Jo Swinson sebagai kepala baru mereka setelah kontes kepemimpinan mereka sendiri.
 
"Saya akan melakukan apa pun untuk menghentikan Brexit," kata politikus asal Skotlandia berusia 39 tahun itu.
 
Untuk saat ini, hasil jajak pendapat Britain's Elect menempatkan Partai Buruh pada 25 persen, Konservatif pada 23 persen, Partai Brexit pada 21 persen dan Liberal Demokrat pada 18 suara, menyoroti perpecahan empat arah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan