Erdogan kesal karena Jerman dan Belanda melarang kedatangan dua menterinya terkait referendum. Ratusan ribu orang asal Turki tinggal di kedua negara tersebut, dan Ankara ingin mendapatkan dukungan dari mereka.
Referendum pada April mendatang akan menentukan apakah kekuasaan seorang presiden di Turki diperluas atau tidak.
Ketegangan Turki dengan Jerman dan Belanda terjadi sejak larangan. Erdogan menuduh Belanda sebagai "sisa-sisa Nazi" dan juga menuding Merkel mendukung grup militan Kurdi PKK.
Merkel menyebut tuduhan itu absurd. "Saya tidak berniat berpartisipasi dalam adu provokasi ini," ujar Merkel, seperti dilansir Reuters, Kamis 16 Maret 2017.
"Saling hina ini harus dihentikan," sambung dia.
Menurut Merkel, tuduhan Erdogan terhadap Belanda tidak masuk akal karena Negeri Kincir Angin sudah cukup lama menderita di bawah Nazi.
Ia menegaskan politikus Turki yang ingin datang ke Jerman harus menjelaskan secara detail apa tujuan mereka, dengan tetap mematuhi aturan dan konstitusi Berlin.
Dalam provokasi terbaru, Erdogan menuduh Belanda telah membantai lebih dari 8.000 Muslim Srebrenica.
Sekitar 8.000 Muslim dibantai pasukan Bosnia Serb di Srebrenica pada 1995. Pembantaian terjadi meski di sana ada pasukan penjaga perdamaian PBB dari Belanda.
Pembantaian di Srebrenica disebut sebagai kejahatan kemanusiaan terburuk di tanah Eropa sejak Perang Dunia II.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News