medcom.id, Den Haag: Partai liberal Belanda, VVD, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dengan mudah mengalahkan kalangan sayap kanan, partai kebebasan atau PVV.
PVV dipimpin oleh politikus anti-Islam Geert Wilders yang mengutamakan kebijakan anti-imigran. Selain itu, Wilders juga menggunakan PVV sebagai motor politik untuk melarang Islam di Belanda.
Melihat hasil pemilu yang memperebutkan kursi parlemen, Partai VVD meraih 31 kursi dari 150 kursi yang diperebutkan. Sementara Wilders dan Partai PVV kalah dengan hanya meraih 19 kursi, bersama dua partai penantang lainnya.
Jutaan warga Belanda pada Rabu 15 Maret memenuhi lokasi tempat pemungutan suara. Jumlah warga yang memberikan suara, mencapai rekor kehadiran baru.
Pemilu kali ini mempertaruhkan masa depan Belanda, yang akankah memilih Rutte yang pro-Eropa, atau Wilders yang anti-imigran dan anti-Uni Eropa. Pada akhirnya sudah jelas siapa pemenangnya.
Menyusul keterkejutan Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa melalui referendum Brexit dan kemenangan Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat (AS), warga Belanda terpecah belah seperti halnya yang terjadi di Inggris dan AS.
"Hari ini menjadi bukti di saat rakyat Belanda,-setelah Brexit dan Pemilu AS- berkata 'tidak' untuk populisme yang salah," ujar Rutte di hadapan pendukung, seperti dikutip AFP, Kamis 16 Maret 2017.
"Sekarang yang paling penting adalah mempersatukan kembali negara dalam beberapa pekan terakhir. Kita berhasil membentukan pemerintahan stabil untuk empat tahun kedepan," tegas Rutte.
Kemenangan VVD membuat para pemimpin di Eropa merasa lega. Mereka sebelumnya khawatir bahwa Wilders dengan partainya bisa meningkatkan sentimen anti-Uni Eropa.
Juru Bicara untuk Kepala Komisi UE, Jean-Claude Junker menyambut baik hasil pemilu Belanda ini. Dia menyebutnya sebagai kemenangan melawan ekstremisme.
Sementara Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault memberikan selamat kepada Rutte, yang dianggapnya berhasil menghalau kebangkitan sayap kanan. Prancis saat ini harus berhadapan dengan pemimpin sayap kanan Marine Le pen, yang diperkirakan menang dalam putaran pertama Pemilu Presiden Prancis pada April mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News