medcom.id, Moskow: Ledakan di stasiun kereta bawah tanah St. Petersburg, Rusia menyisakan tanda tanya. Rusia pun berkabung hingga tiga hari ke depan.
Ledakan terjadi sekitar pukul 14.40 waktu Moskow, sebuah perangkat tidak dikenal meledak di stasiun tersebut. Data sementara dilaporkan bahwa sekitar 11 orang tewas dan 51 lainnya mengalami luka-luka termasuk diantaranya anak-anak. Setelah insiden ini, pada pukul 15.46 waktu Rusia, semua stasiun di St. Petersburg di tutup untuk umum.
Presiden Putin mengatakan kepada badan intelijen Rusia untuk menyelidiki semua kemungkinan yang terjadi akibat peristiwa ini termasuk ke arah terorisme. Namun dia mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa ini adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak teroris, perlu investigasi menyeluruh.
"Masih terlalu dini mengatakan bahwa peristiwa ini merupakan peristiwa yang dilakukan oleh pihak teroris. Namun kami tentu saja mempertimbangkan semua opsi yang ada. Saya sudah menginstruksikan kepada Direktur Badan Intelijen Rusia untuk menyelidiki penyebab peristiwa ini," ujar Putin.
Presiden Putin beserta Perdana Menteri Dmitri Medvedev menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban dan berjanj akan membantu para korban yang terluka. Tidak hanya itu, beberapa pesan belasungkawa dari beberapa kepala negara bergulir atas insiden ini, di antaranya dari kepala negara Italia Sergio Matarela, Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto, Kanselir Jerman Angela Merkell, Wakil Ketua Parlemen Ukraina, Geranschenko dan lainnya. Pukul 23.00, Presiden Putin meletakan karangan bunga di stasiun Institut Teknologi, salah satu stasiun tempat terjadi ledakan.
Kepala Fungsi Protokoler Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow, Sugiharto memberikan imbauan dalam sebuah surat kepada warga Indonesia yang berada di Rusia "untuk berhati-hati terkait insiden yang terjadi di St. Petersburg".
"Tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban dalam insiden tersebut," tutur Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia, Wahid Supriyadi.
Kaitan teroris
Para ahli mengatakan serangan yang terjadi pada Senin 3 April kemarin merupakan serangan teroris. Serangan ni dirancang dengan baik, kekuatan dari ledakan ini sekitar 200-230 gram TNT. Kepala Komite Federasi Dewan Keamanan, Viktor Ozerov mengatakan bawah ledakan dikaitkan dengan kunjungan Presiden Putin di St. Petersburg.
Pada senin malam pukul 23.35 Presiden Putin mengadakan pertemuan untuk membahas dugaan awal insiden yang terjadi. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Keamanan Federal, Kementerian Situasi Darurat, Departemen Dalam negeri.
(Baca: Ledakan Stasiun Kereta Rusia Diduga Serangan Teroris).
(Baca: Ledakan Stasiun Kereta Rusia Diduga Serangan Teroris).
Setelah terjadi insiden ini, Komite Anti Teroris Nasional memperkuat keamanan di semua sektor teruta di infrastruktur dan tempat-tempat ramai. Disamping itu bandara udara di St. Petersburg , Pulkovo mempererat kemanan. Di Moskow sendiri, juga keamanan diperketat di sekitar kereta bawah tanah, terlihat banyak polisi berjaga-jaga di pintu masuk metro beberapa jam setelah terjadi insiden ledakan di St.Petersburg.
Pukul 23.59, versi yang beredar bahwa insiden ledakan yang terjadi di St. Petersburg ini merupakan serangan bunuh diri yang dilakukan oleh teroris. Para teroris yang melakukan ledakan ini dikaitkan dengan kelompok Islam radikal yang beroperasi di wilayah Rusia.
Dugaan sementara memang mengaju adanya bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pria yang berasal dari asia tengah berumur 23 tahun. Hal ini diperkut dengan adanya sisa tubuh korban yang tidak jauh dari sumber ledakan, namun masih terus dilakukan proses investigasi terutama pemeriksaan DNA.
Setelah terjadi insiden ini, semua layanan bekerja dengan cepat untuk membantu. Gurbernur St. Petersburg menandatangani keputusan tentang bantuan kepada para korban dan keluarga yang tewas dalam serangan teroris yang terjadi 3 April 2017. Kepala pelayanan pers kota St. Petersburg Andrei Kibirtov mengatakan, gubernur akan memberikan bantuan sebesar 1 juta rubel (sekitar 237 juta rupiah) dari dana cadangan pemerintah kota kepada keluarga korban. Setiap orang yanng mengalami luka parah akan diberikan 500 ribu rubel (118 juta rupiah) dan 250 ribu rubel (59 juta rupiah) untuk korban luka ringan, pemerintah memberikan total bantuan diperkirakan sebesar 23 juta rubel.
Di samping itu pemerintah kota akan membantu dalam pengelolan pemakaman. Selasa 4 April 2017 hingga tiga hari ke depan dinyatakan sebagai hari berkabung di Rusia.
Hingga pagi ini, Kementerian Direktorat Jenderal Situasi Darurat di St. Petersburg telah mengeluarkan daftar para korban ledakan . Sebanyak 51 korban luka-luka yang tersebar di beberapa rumah sakit, di antaranya Rumah sakit marinskaya, sebanyak 12 korban, rumah sakit kota no. 26 sebanyak 7 korban dan rumah sakit lainnya.
Insiden ini merupakan kejadian yang hampir sama yang telah terjadi di kota Moskow pada 29 Maret 2010 di dalam stasiun bawah tanah, stasiun Lubiyanka dan park kultur yang menewaskan 41 orang dan melukai sekitar 80 korban. Pelaku terorisme ini diketahui berasal dari pemberontak Chechen, pengikut Doku Umarov.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News