Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Dok. Kemenko Kemaritiman).
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Dok. Kemenko Kemaritiman).

Bukan Budaya Indonesia Lakukan Tindakan Balasan

Fajar Nugraha • 25 April 2018 18:02
Brussels: Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa Indonesia tidak pernah berniat melakukan tindakan balasan terhadap larangan biodiesel kelapa sawit dari Uni Eropa.
 
Sebelumnya beredar kabar bahwa Indonesia akan mengalihkan pembelian pesawat dari Airbus ke kompetitornya, Boeing, jika Eropa terus menerus menekan Indonesia terkait kelapa sawit.
 
"Kami tidak berencana mengalihkan pembelian pesawat ke Boeing. Melakukan tindakan balasan bukan budaya kami. Kami ingin terus bernegosiasi untuk menemukan solusi yang baik bagi semua pihak. Tetapi, kami jangan terus disudutkan," ujar Menko Luhut kepada beberapa media yang mewawancarainya pada Selasa 24 April 2018 di Brussels, Belgia, di tengah-tengah kegiatannya melakukan berbagai perundingan kelapa sawit dengan anggota Parlemen dan Komisi Eropa.
 
Menurut Menko Luhut Indonesia saat ini harus agresif melakukan perundingan dan diplomasi karena selama ini menurutnya hal tersebut kurang dilakukan. "Kita agak terlambat sehingga terjadi seperti ini, beberapa tokoh yang saya temui ternyata kurang memahami kemajuan Indonesia, mereka tidak tahu kemajuan ekonomi kita, situasi keamanan Indonesia dan bahwa kita sedang mengerjakan isu-isu lingkungan," jelasnya, dalam keterangan tertulis Kemenko Maritim, yang diterima Medcom.id, Rabu 25 April 2018.
 
Menurut Menko Luhut, ia menyarankan kepada counter part nya dari EU untuk langsung datang ke Indonesia melihat langsung apa yang terjadi di sana sebelum mengambil keputusan. Banyak dari mereka, menurut Menko Luhut, yang kaget dengan Indonesia, mereka tidak menyangka negara ini begitu besar dan kagum dengan pemerintahan yang bisa mengelola negara sebesar ini.
 
"Karena itu saya undang mereka untuk datang ke Indonesia, melihat langsung karena seeing is believing," ujarnya. 
 
CEPA
 
Menurut Luhut, satu hal yang diminta oleh para counter part untuk segera dikerjakan adalah perundingan I-EU-CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement).
 
"Komisioner EU Karmenu Vella yang membawahi bidang lingkungan mengatakan akan mendorong penyelesaian yang adil untuk semua pihak dan mengatakan tidak meragukan komitmen Indonesia dalam mengatasi isu-isu lingkungan hidup dan memberantas illegal fishing, tetapi ia juga meminta Indonesia untuk ikut mempercepat penyelesaian perundingan perjanjian dagang  I-EU-CEPA," ujar Menko Luhut.
 
Dalam pertemuan tertutup tersebut Komisioner Eropa untuk Kemaritiman dan Perikanan Karmenu Vella menyetujui ajakan Menko Luhut untuk datang ke Indonesia.
 
Bukan Budaya Indonesia Lakukan Tindakan Balasan
Menko Maritim Luhur Binsar Pandjaitan bersama pihak Uni Eropa (Dok.Kemenko Maritim).
 
"Ia sudah beberapa kali datang ke Indonesia tetapi tidak lama dan dalam rangka tugas, saya mengajaknya untuk tinggal lebih lama di Indonesia pada saat menghadiri Konferensi Kelautan (OOC/Our Ocean Conference) pada Oktober nanti," jelasnya.
 
Selain Komisioner Vella, Menko Luhut melakukan hearing dengan anggota Parlemen Eropa Sean Kelly. Pada kesempatan itu, Menko Luhut menjelaskan kepada Kelly tentang Indonesia dan apa yang sudah dilakukan.
 
"Indonesia sangat luas,  pertumbuhan ekonomi kami 5,6 % tahun lalu artinya stabilitas makro ekonomi cukup bagus. Kami sedang menangani beberapa masalah lingkungan seperti pembersihan Sungai Citarum yang dijuluki Sungai Terkotor di dunia sepanjang 300 kilometer dan melibatkan belasan ribu anggota aparat militer dan kepolisian serta membangun power energy dari limbah," terang Menko Luhut kepada Kelly.
 
Kelly mengaku sangat terkesan. "Very, very impressive. Saya terkesan dengan pemerintahan Anda yang bisa mengelola negara dengan tiga bagian waktu. Tetapi harap diingat keputusan tentang pembatasan biofuel sawit ini masih lama dan ini bukan ban karena hal itu tidak boleh dilakukan dan bertentangan dengan prinsip WTO. Kami berharap Indonesia bisa memperbaiki kekurangannya. Kami juga berharap Indonesia segera melakukan finalisasi I-EU-CEPA," ujar Kelly.
 
Sosok yang pernah pula menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Singapura ini mengatakan, Indonesia dan Uni Eropa juga terus melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan untuk mencapai perjanjian yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Pada tahun lalu, Uni Eropa adalah tujuan ekspor terbesar ke-6 dan asal impor terbesar ke-4 bagi Indonesia, Nilai masing-masing sebesar USD 16,2 miliar dan USD 11,2 miliar. Total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa mencapai USD 27,4 miliar.
 
Stabilitas wilayah
 
Kepada para rekan dialog nya Luhut juga menekankan peran yang telah dilakukan indonesia pada stabilitas keamanan wilayah.
 
"Dengan segala hormat, kami telah berhasil menjaga keamanan wilayah dengan baik, radikalisme dan serangan terorisme menunjukkan penurunan. Pencegahan adalah hal yang penting. Kami berhasil membangun kerja sama yang baik dengan negara Tiongkok, sehingga keamanan di wilayah Laut China Selatan sejauh ini masih terkendali," jelas Menko Luhut.
 
Walau berhasil membangun hubungan baik dengan Tiongkok, menurut Menko Luhut, Indonesia tetap pada posisi yang tidak mengakui adanya nine dotted line.
 
"Saya sampaikan kepada Menteri Dalam Negeri Amerika Serikat, tahun lalu bahwa Indonesia tidak mendapatkan dana dari Amerika dan Eropa tetapi sejauh ini kami mampu menjaga stabilitas keamanan wilayah. Bandingkan dengan Amerika yang sudah mengeluarkan jutaan dollar untuk stabilitas keamanan di Timur Tengah," katanya.
 
Luhut pun menekankan komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas wilayah, karena begitu ada serangan yang mengancam keamanan wilayah, akan sangat sulit untuk bangkit ke situasi normal. Yang dikhawatirkannya, adalah jika pembatasan penggunaan produk sawit ini terjadi, petani kecil yang paling dulu terkena dampaknya.
 
"Beberapa pelaku tindakan radikal adalah orang yang secara ekonomi tidak beruntung dan yang kami takutkan jika makin banyak orang berada di garis kemiskinan, makin terbuka bagi mereka kemungkinan untuk bertindak radikal," jelasnya.
 
Selain itu Luhut menambahkan dalam penjelasannya kepada mitra dialog mengungkapkan peran industri kelapa sawit yang mampu mengangkat 10 juta orang dari garis kemiskinan, menurut studi Universitas Stanford pada tahun 2016.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan