Pemogokan yang terjadi di Prancis (Foto: AFP).
Pemogokan yang terjadi di Prancis (Foto: AFP).

Para Seteru Bergabung, Macron Hadapi Protes Massa

Arpan Rahman • 19 April 2018 16:59
Paris: Emmanuel Macron menghadapi unjuk rasa massa, ketika para anggota serikat pekerja berupaya membangkitkan para mahasiswa yang marah, pekerja sektor publik dan pengemudi kereta api yang mogok ikut menjadi kelompok yang bergabung menekan Presiden Prancis.
 
Aksi ini terjadi hampir setahun setelah ia menjabat presiden. Serikat CGT mendesak spektrum luas dari sejumlah kelompok yang menentang reformasi Macron agar berkumpul di jalan-jalan.
 
Beberapa kalangan sayap kiri mengimpikan kebangkitan kembali demonstrasi besar Mei 1968, yang mengguncang Prancis setengah abad yang lalu.
 
Macron, 40 tahun, mencaplok kekuasaan di pucuk partai moderat baru, Mei lalu, menjanjikan reformasi besar-besaran guna mendinamiskan ekonomi Prancis.
 
Namun para penentang sayap kiri menuduh mantan bankir investasi yang ramah-bisnis itu berusaha memukul layanan publik, termasuk memangkas 120.000 pekerjaan sektor publik.
 
Rencananya mengguncang operator kereta api negara bagian, SNCF, yang mendorong serikat pekerja untuk menekan selama tiga bulan pemogokan. Aksi mogok itu menyebabkan kelimpungan bagi 4,5 juta pengguna kereta api Prancis.
 
"Mereka berada di jalan karena mereka tidak ingin ada yang berubah," kata Macron selama perjalanan, Rabu 18 April, ke kota timur Saint-Die-des-Vosges. Di kota itu, dia diejek oleh para anggota serikat pekerja.
 
Berbagai kelompok melakukan pemogokan dan demonstrasi menentang Macron selama setahun terakhir. Termasuk rangkaian protes massal yang telah menarik ratusan ribu orang ke jalan-jalan.
 
Tetapi, Kamis ini, akan terlihat upaya nasional pertama pada unjuk kekuatan bersama oleh kelompok-kelompok anti-Macron. Di dalamnya ada para mahasiswa yang marah dengan rencana untuk menciptakan penerimaan universitas lebih selektif.
 
Protes direncanakan di seluruh negeri, termasuk pawai melewati Paris yang akan meninggalkan Montparnasse di selatan kota sebelum menuju ke Place d'Italie ke arah timur.
 
Pekerja sektor publik telah menandai hari mogok dan demonstrasi mereka sendiri: 22 Mei. Mereka memprotes bahwa gaji mereka gagal mengikuti inflasi.
 
Sementara staf Air France mogok, Rabu, untuk hari kesembilan sejak Februari atas perselisihan terpisah mengenai gaji. Tidak terkait dengan reformasi Macron, tapi menambah suasana ketidakpuasan umum.
 
Macron bersikeras bahwa ia terpilih sebagai mandat untuk perubahan dan bertekad untuk meneruskan reformasi. "Saya melakukan apa yang saya katakan," katanya kepada televisi TF1 dalam wawancara pekan lalu, seperti dikutip AFP, Kamis 19 April 2018.
 
Sebuah survei oleh Ifop-Fidusia yang dirilis Rabu menunjukkan 58 persen pemilih tidak senang dengan kepresidenannya.
 
Sedangkan jajak pendapat dari 16.000 mahasiswa di Universitas Strasbourg, salah satu dari beberapa kampus yang diblokir, menemukan 72 persen ingin kuliah dilanjutkan, memperkuat pandangan Macron bahwa minoritas berada di balik aksi ini.
 
Pengadilan juga memerintahkan pengunjuk rasa di universitas di kota selatan Montpellier, di mana gerakan dimulai, supaya segera menyingkir dari lokasi atau menghadapi penggusuran.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan