Charlie Hebdo merilis edisi "korban selamat" satu pekan setelah peristiwa nahas tersebut, yang terjadi pada 7 Januari. Setelah itu, Charlie Hebdo absen selama lebih kurang lima pekan.
"Kami butuh istirahat. Ada orang yang ingin langsung bekerja lagi, seperti saya, dan ada juga yang ingin beristirahat," ucap Gerard Biard, kepala editor publikasi Charlie Hebdo.
"Jadi, kami mencapai suatu kompromi, dan sepakat menerbitkan kembali per pekan mulai 25 Februari," sambung dia, seperti dilansir france24.com.
Dalam edisi terbaru, Charlie Hebdo menampilkan sejumlah figur politik dan agama, termasuk mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, seorang ekstremis dan Paus Vatikan.
Dua pelaku penyerangan kantor Charlie Hebdo, Said dan Cherif Kouachi, mengklaim pembantaian itu sebagai aksi balas dendam atas karikatur Nabi Muhammad.
Edisi "Nabi Muhammad" dirilis satu pekan kemudian, dan kembali memicu kontroversi. Edisi itu memperlihatkan sosok yang disebut sebagai Nabi Muhammad, dengan tulisan "Semua Sudah Dimaafkan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News