Maksud dari pihak oposisi ini ditujukkan untuk menekan Pemerintah Kosovo membatalkan kesepakatan dengan Serbia dan Montenegro. Selama 50 menit sidang parlemen ini ditunda akibat perihnya asap dari gas air mata itu.
Di luar gedung parlemen, ratusan pendukung oposisi berkumpul untuk meneriakkan slogan anti-pemerintah. Sementara anggota parlemen dari pihak oposisi bersikeras untuk tidak akan membiarkan parlemen kembali bekerja dan menuntut pemerintahan yang berkuasa saat ini untuk mundur serta dilakukan pemilu baru.
Wakil Perdana Menteri Kosovi Hashim Thaci mengatakan, Partai Demokratik yang berkuasa di Kosovo sudah mengambil keputusan untuk menjalankan agenda yang sudah disepakati. Thaci yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Kosovo, menilai penggunaan gas air mata sebagai sikap buruk.
"Reaksi pihak oposisi boleh saja berlanjut, tetapi mereka harus terbiasa dengan ide (kesepakatan dengan Serbia dan Montenegro) itu. Mereka tidak berkuasa dengan melakukan kekerasan," tegas Thaci, seperti dikutip ABC News, Jumat (19/2/2016).
Sejak September 2015 lalu pihak oposisi selalu mengganggu jalannya parlemen dengan tembakan gas air mata. Mereka menolak kesepakan yang diraih Kosovo dan Serbia tahun lalu yang memberikan kekuasaan lebih besar bagi etnis Serbia di Kosovo. Oposisi juga menolak kesepakatan perbatasan dengan Montenegro.
Padahal pada Desember 2015, Mahkamah Konstitusi Kosovo memutuskan bahwa kesepakatan dengan Serbia tidak sejalan dengan konstitusi.
Kemerdekaan Kosovo pada 2008 sudah diakui oleh 111 negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan negara anggota Uni Eropa. Namun Serbia bersama Rusia menolak kemerdekaan dari Kosovo. Rusia pun memblokir keinginan negara pecahan Yugoslavia itu menjadi anggota PBB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News