Mereka diduga tewas terkena serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di dekat Deir al-Zour, provinsi kaya minyak di Suriah timur.
Setelah awalnya menolak, Kementerian Luar Negeri Rusia mengakui, pada Kamis, bahwa lima warganya kemungkinan tewas dalam serangkaian pengeboman di Suriah pada 7 Februari.
Namun sejumlah mengindikasikan bahwa sekitar 200 warga Rusia mungkin tewas dalam serangkaian serangan tersebut. Jika kabar ini dikonfirmasi benar, maka akan menjadi bentrokan paling mematikan antara AS dengan Rusia sejak berakhirnya Perang Dingin.
Sejumlah warga Rusia itu disebut-sebut dipekerjakan Wagner Group, kontraktor militer swasta asal Rusia. Beberapa kritikus menuduh Moskow memakai tentara bayaran dari Wagner demi menekan angka kematian prajurit di Suriah.
Jumlah resmi korban tewas dari jajaran militer Rusia di Suriah tahun lalu tercatat 16.
Baca: Tentara Bayaran Rusia Dikabarkan Tewas dalam Serangan AS
"Igor adalah mantan penembak jitu militer. Dia pergi ke Syria karena dia seorang patriot. Dia percaya bahwa jika kita tidak menghentikan Islamic State (ISIS) di Suriah, mereka akan mendatangi kita ke Rusia," Nadezhda Kosotorova, mantan istrinya, mengatakan kepada Guardian dalam sebuah wawancara telepon dari rumahnya di Asbest, di wilayah Ural.
"Dia mengatakan kepada saya bahwa jika dia tidak pergi, maka pihak berwenang hanya akan mengirim anak-anak muda yang hampir tidak memiliki pengalaman militer," serunya seperti dilansir Guardian, Sabtu 17 Februari 2018.
Serangkaian serangan udara Washington di Suriah pada 7 Februari menandai kali pertama sejumlah warga Rusia tewas di tangan AS, sejak Kremlin mulai terlibat konflik Damaskus pada 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News