medcom.id, London: Kepolisian Inggris saat ini masih melakukan penyelidikan atas teror di London, Rabu 22 Maret. Mereka menyelidiki kemungkinan adanya tersangka lain.
Seperti diketahui, lima orang,-termasuk seorang pelaku penyerangan- tewas dalam kejadian ini. Sementara sekitar 40 orang lainnya menderita luka-luka.
"Penyelidik saat ini tengah mencari kemungkinan adanya pelaku lain, yang bekerja sama dengan pelaku utama," ujar Deputi Komisaris Kepolisian Metropolitan Mark Rowley, seperti dikutip CNN, Kamis 23 Maret 2017.
"Polisi meyakini bahwa ini terkait aksi terorisme," imbuhnya.
Meskipun sudah mengetahui identitas penyerang, Kepolisian Inggris tetap menolak untuk merilis nama dari pelaku. Ini adalah serangan besar pertama sejak insiden 7 Juli 2005 lalu, di mana 52 orang korban dan empat penyerang tewas dalam ledakan bom di London.
Saksi melihat dalam serangan 22 Maret itu, pelaku mengendarai mobil seorang diri dalam kecepatan tinggi melintas Jembatan Westminster. Kendaraan itu kemudian menabrak sejumlah besar orang terhadap tiga anggota polisi.
Mobil kemudian menabrak pagar di dekat gedung parlemen dan pelaku melakukan penikaman terhadap seorang anggota polisi. Polisi itu pun akhirnya meninggal, sedangkan korban lainnya yang tewas adalah seorang perempuan.
Tak ada WNI jadi korban
Menteri Luar Negeri RI Retno L.P Marsudi mengutuk keras serangan yang terjadi di London. Menlu juga menyatakan belasungkawa Pemerintah Indonesia terkait insiden ini.
Sementara Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhamad Iqbal menyebutkan bahwa KBRI London telah melalukan komunikasi dengan otoritas di London dan informasi yang diperoleh dari Diplomatic Protection Group.
KBRI London pun mengimbau agar WNI dapat mengikuti anjuran pihak Kepolisian Inggris (Metropolitan Police) untuk menghindari kawasan Parliament Squre, Whitehall, Westminster dan Lambeth Bridge, Victoria Street hingga perempatan Broadway dan Victoria Embankment.
Imbauan yang disebutkan menyatakan agar WNI yang sedang berada di London agar tetap menjaga hubungan komunikasi dengan rekan WNI dan menghindari perjalanan di daerah yang dimaksud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
