Protes yang terjadi di Georgia berujung dengan bentrokan. (Foto: AFP).
Protes yang terjadi di Georgia berujung dengan bentrokan. (Foto: AFP).

Rusuh di Georgia, Polisi Buru Pelaku Utama

Arpan Rahman • 21 Juni 2019 13:08
Tbilisi: Orang-orang yang bertanggung jawab mengatur kerusuhan di dekat gedung parlemen di Tbilisi akan dimintai pertanggungjawaban karena berusaha mengacaukan situasi di negara itu, kata Perdana Menteri Georgia Mamuka Bakhtadze dalam sebuah pengarahan pada Jumat.
 
"Tugas kita adalah mengendalikan situasi. Komunitas internasional dan korps diplomatik telah diberitahu tentang perkembangan tersebut. Kami berjanji bahwa orang-orang yang bertanggung jawab mengatur kerusuhan massal dan berusaha mengacaukan situasi akan dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya. Kami ingin mendesak masyarakat agar tetap tenang. Pihak berwenang akan memastikan keamanan setiap warga negara dan menjaga ketertiban umum," kata Bakhtadze, disitir dari kantor berita TASS, Jumat 21 Juni 2019. 
 
Ia menambahkan bahwa kerusuhan diselenggarakan oleh" kekuatan politik yang merusak."

Beberapa ribu demonstran, bersama dengan perwakilan oposisi, berkumpul di pusat kota Tbilisi pada Kamis dan berupaya menyerbu gedung parlemen. Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Giorgi Gakharia dan Ketua Parlemen Irakli Kobakhidze. Media lokal melaporkan bahwa polisi menggunakan gas air mata dan menembakkan peluru karet terhadap demonstran.
 
Menurut Kementerian Kesehatan Georgia, 52 orang terluka dalam protes itu, termasuk 38 petugas polisi. Laporan juga mengatakan bahwa beberapa puluh orang ditahan.
 
Demonstrasi menyusul keikutsertaan anggota Duma Negara Rusia Sergey Gavrilov dan delegasi Rusia lainnya dalam sesi ke-26 Sidang Umum Majelis Antar-Parlemen untuk Orthodoksi (IAO) di Tbilisi. Pada Kamis pagi, Gavrilov membuka sesi sebagai presiden IAO.
 
Anggota parlemen oposisi Georgia mengutuk Gavrilov karena berbicara kepada para delegasi sambil duduk di kursi ketua parlemen. Perwakilan oposisi kemudian mengambil alih mimbar dan ketua parlemen serta tidak mengizinkan sesi berlanjut.
 
Keputusan diambil kemudian untuk menyelesaikan sesi, dan delegasi Rusia pergi. Perwakilan dari partai yang berkuasa Georgian Dream - Demokratic Georgia mengatakan bahwa mereka tidak tahu bahwa Gavrilov akan membuka sesi tersebut dan berpikir bahwa protokol telah dilanggar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan