Brexit, atau Britain Exit, adalah istilah keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa.
Pengunduran diri Rudd semakin memperburuk situasi di pemerintahan Inggris usai adik kandung PM Johnson, Jo Johnson, juga mundur dari parlemen. Jo Johnson mengaku mundur karena perhatiannya terbagi antara "rasa kasih sayang keluarga dengan urusan negara."
Sementara Rudd mengaku mundur karena menilai PM Johnson terlihat berkeinginan kuat untuk mengeluarkan Inggris dari keanggotaan UE tanpa menyepakati perjanjian apapun.
"Pemerintah menghabiskan begitu banyak energi untuk 'No Deal,' tapi saya tidak melihat semangat di level semacam itu dalam usaha berdialog dengan Uni Eropa," tulis Rudd, merujuk pada istilah keluarnya Inggris dari UE tanpa perjanjian.
PM Johnson telah bertekad mengeluarkan Inggris dari UE pada 31 Oktober, baik dengan atau tanpa perjanjian. Namun ia kehilangan dukungan dari mayoritas parlemen, dan mengeluarkan 21 anggota Tory karena dinilai telah membangkang dan mendukung kubu oposisi.
Rudd, yang juga pernah menjadi menteri dalam negeri Inggris, menilai pendepakan 21 anggota Tory sebagai "serangan terhadap budaya sopan santun dan demokrasi."
"Saya tidak dapat diam begitu saja sementara para loyalis Konservatif disingkirkan," ungkap Rudd di Twitter.
Isu Brexit masih menjadi topik panas di Inggris usai warga menggunakan hak pilihnya terkait keanggotaan UE tiga tahun lalu. Dalam referendum, mayoritas warga memilih berpisah dengan UE.
Dalam surat pengunduran dirinya, Rudd menjelaskan kepada PM Johnson bahwa dirinya sudah tidak dapat bertahan lagi. "Saya tidak lagi meyakini bahwa berpisah dari UE dengan sebuah perjanjian adalah sasaran utama pemerintahan ini," sebut Rudd.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News