Kiri ke kanan). Francois Fillon, Emmanuel Macron, Jean-Luc Melenchon, Marine Le Pen dan Benoit Hamon dalam debat perdana pilpres Prancis di Aubervilliers, 20 Maret 2017. (Foto: AFP/ELIOT BLONDET)
Kiri ke kanan). Francois Fillon, Emmanuel Macron, Jean-Luc Melenchon, Marine Le Pen dan Benoit Hamon dalam debat perdana pilpres Prancis di Aubervilliers, 20 Maret 2017. (Foto: AFP/ELIOT BLONDET)

Rakyat Prancis Bersiap Ikuti Pilpres Putaran Pertama

Arpan Rahman • 23 April 2017 10:59
medcom.id, Paris: Rakyat Prancis akan memberikan suaranya, Minggu 23 April 2017, untuk memilih dua kandidat presiden untuk disaring ke putaran akhir pemilihan umum presiden. Hasilnya berpotensi memastikan seberapa jauh gelombang populis di Eropa akan berlanjut.
 
Dalam sebuah kampanye yang telah menciptakan kembali lansekap politik nasional, empat kandidat dengan visi berbeda secara radikal berpeluang lolos ke babak berikutnya, menurut puluhan survei opini publik. 
 
Mereka adalah Marine Le Pen, yang ingin menarik Prancis dari mata uang tunggal Eropa; Jean-Luc Melenchon, yang hendak menyusun ulang aturan serikat moneter Benua Biru tersebut; Francois Fillon, mantan perdana menteri yang menginginkan reformasi ekonomi; dan Emmanuel Macron, seorang moderat berusia 39 tahun yang pro-Eropa yang unggul tipis, tapi makin menanjak selama sepekan terakhir.

"Selama berminggu-minggu, warga Prancis sudah menyatakan rasa frustrasi mereka lantaran sebuah kampanye yang tidak memuaskan," tulis analis jajak pendapat Bruno Jeanbart dalam sebuah catatan untuk Fondation Jean Jaures. 
 
"Akhirnya mereka harus memilih di antara empat kandidat yang berbeda secara drastis dengan peluang keberhasilan yang hampir sama," cetusnya, seperti disitir Bloomberg, Minggu 23 April 2017. 
 
Macron Terdepan
 
Rakyat Prancis Bersiap Ikuti Pilpres Putaran Pertama
Macron unggul di berbagai survei. (Foto: AFP)
 
Kampanye yang sejak lama digelar dengan standar Prancis, dimulai secara serius pada September lalu saat Partai Republik mengadakan pemilihan pendahuluan perdana. Proses tersebut mematahkan politik tradisional Prancis. 
 
Dari dua partai yang memerintah Prancis selama setengah abad terakhir, kaum Sosialis yang berkuasa pun sudah direduksi menjadi sebuah kelompok pecundang; kandidat mereka, Benoit Hamon, hanya meraup suara satu digit. Partai Republik, yang dipimpin Fillon, juga mungkin gagal melaju ke putaran kedua.
 
Tempat pemungutan suara dibuka pukul 8 pagi waktu Paris dan kemudian tutup pukul 7 malam di daerah pedesaan dan pukul 8 malam di kota-kota besar. Hasilnya akan dirilis mulai pukul 8 malam Minggu dan dua tempat teratas dari ke-11 kandidat maju ke putaran final yang akan diadakan pada 7 Mei.
 
Macron menjadi capres terunggul, meskipun partai yang didirikannya baru berumur setahun lebih, dan dia juga belum pernah menjadi pejabat terpilih. Bersaing ketat dengannya untuk merebut peringkat pertama adalah Le Pen, 48, yang mengubah Front Nasional dari partai yang awalnya tidak dapat diterima menjadi terus dibicarakan -- jika masih mengusung posisi anti-imigrasi dan anti-Euro.
 
Fillon, 63, melepaskan keunggulan dalam jajak pendapat setelah didera pergulatan hukum mengenai apakah dia mempekerjakan istrinya untuk pekerjaan staf parlemen yang makan gaji buta. Melenchon, 65, dari posisi paling buncit, tiba-tiba melejit ke peringkat keempat, sebagian karena kampanyenya menggunakan media sosial secara luas, belum lagi penampilan lewat hologram dan permainan video.
 
Margin Ketat
 
Rakyat Prancis Bersiap Ikuti Pilpres Putaran Pertama
(Kiri ke kanan) Macron, Le Pen, Fillon, Melenchon. (Foto: Bloomberg)
 
Sebelum jajak pendapat disetop sesuai undang-undang pada Jumat 21 April, perbauran Bloomberg atas sejumlah jajak pendapat Prancis menunjukkan bahwa Macron didukung 24,5 persen dan Le Pen berada di posisi kedua dengan 22,5 persen. Sementara Fillon dan Melenchon mendapat dukungan masing-masing 19,5 dan 18,5 persen pemilih. Hamon mencapai 7 persen.
 
Unsur bertambahnya ketidakpastian membayangi kampanye, Kamis 20 April malam, tatkala seorang pria menembak mati satu polisi dan melukai dua lainnya di pusat kota Paris. Penyerang itu ditembak dan dibunuh saat mencoba melarikan diri.
 
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, bahwa insiden tersebut "mungkin akan membantu" Le Pen karena dia "paling kuat di soal perbatasan dan dia mengusung isu paling kuat dalam apa yang telah terjadi di Prancis." Negeri Mode memberlakukan keadaan darurat sejak serangan teror pada November 2015.
 
Hasil pemilihan Prancis bisa begitu ketat, sehingga mungkin tidak lekas jelas mana dua kandidat yang lolos ke putaran kedua 7 Mei, kata pejabat kampanye untuk Le Pen dan Fillon, dengan anggapan Macron akan lolos.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan