Makan siang dan dialog santai di Istana Elysee diperkirakan membahas isu Suriah serta hubungan Turki dengan Uni Eropa. Namun Macron juga diyakini akan menyuarakan kekhawatiran mengenai operas "bersih-bersih" ala Erdogan usai percobaan kudeta di Turki pada 2016.
Kunjungan ke Prancis akan menjadi kali pertama ke negara Eropa bagi Erdogan usai percobaan kudeta.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Prancis LCI pada Kamis, Erdogan mengklaim telah memulai "hubungan yang sangat baik" dengan kepala negara Prancis.
Namun dalam wawancara dengan majalah Le Point pada Agustus, Macron menyebut "berbicara dengan Erdogan setiap 10 hari sekali" adalah salah satu "kerugian dari menjadi seorang presiden di Prancis."
Undangan terhadap Erdogan memicu kritik dari kubu kiri Prancis. Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengaku "khawatir" terhadap kondisi "hak asasi manusia dan demokrasi lokal di Turki."
Kantor kepresidenan Prancis berkukuh pentingnya "menjaga dialog" dengan Ankara tanpa perlu "menutup-nutupi perbedaan sejumlah pandangan."
Macron dan Erdogan pernah bertemu dalam KTT NATO di Brussel dan Majelis Umum PBB di New York pada September. Keduanya juga pernah berbincang-bincang via telepon untuk membicarakan pembebasan dua jurnalis Prancis yang ditahan di Turki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News