Juru bicara Badan Monitoring Dewan Muslim Pusat di Perancis, Abdallah Zekri mengatakan sebanyak 54 serangan terdiri dari 21 kasus tembakan dan aksi lempar granat di bangunan islam, dan 33 kasus ancaman.
"Angka-angka tersebut tidak termasuk serangan di Paris dan sekitarnya, yang diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri, Perancis," kata Zekri, seperti dilansir dari laman berita Presstv, Rabu (14/1/2015).
Dia juga mencatat, jumlah serangan dalam waktu singkat sangatlah tinggi. Serangan tersebut umumnya menyerukan pasukan keamanan untuk lebih memantau situs Islam serta media sosial.
Seperti diketahui, serangan teroris di Perancis yang dimulai pada tanggal 7 Januari ketika kantor Charlie Hebdo berada di bawah serangan oleh dua orang bersenjata. Beberapa 12 orang tewas dalam insiden itu.
Dua hari kemudian, dua bersaudara, Said dan Cherif Kouachi, diduga menyerang wartawan hingga tewas setelah terpojok di sebuah lokakarya percetakan di kota Dammartin-en-goele.
Amedy Coulibaly, seorang pria bersenjata yang menewaskan empat sandera dalam serangan teror lain di supermarket Paris pada hari Jumat sebelum ia dibunuh oleh polisi, mengklaim bahwa dirinya bertindak atas nama kelompok ISIL Takfiri berkoordinasi dengan dua saudara yang menyerang Charlie Hebdo.
Dia juga mengatakan, dua bersaudara yang berafiliasi dengan kelompok teroris al-Qaeda.
Serangan teror telah menarik kecaman luas dari umat Islam di Perancis dan seluruh dunia.
Pada tanggal 9 Januari, Presiden Prancis Francois Hollande menyerukan bangsa untuk tetap waspada dalam menghadapi serangan teror yang mengejutkan di negara itu. Ia juga mengatakan "fanatik" di balik kekerasan "tidak ada hubungannya dengan Islam."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News