Pasukan elite akan menjaga pemindahan tahanan berusia 28 tahun itu dari sebuah penjara di dekat ibu kota Prancis ke pengadilan. Sementara ratusan pasukan keamanan Belgia akan melindungi gedung pengadilan.
Abdeslam, warga Prancis keturunan Maroko yang lahir di Belgia, didakwa karena "mencoba membunuh beberapa petugas polisi dalam konteks terorisme" dan "membawa senjata terlarang."
Dakwaan itu menyangkut baku tembak di ibu kota Belgia pada 15 Maret 2016, empat bulan setelah serangan teror di Paris, yang berujung pada penangkapan dirinya. Tiga polisi terluka dan rekan militan pelaku terbunuh dalam baku tembak tersebut.
Jika terbukti bersalah, seperti dilansir AFP, Abdeslam dan pria yang ditangkap bersamanya, Sofiane Ayari, 24, terancam hukuman 40 tahun penjara.
Persidangan di Brussels menjadi pendahuluan dari sidang lanjutan di Prancis. Jaksa berharap pengadilan Brussels akan menghasilkan petunjuk, tidak hanya tentang serangan yang menewaskan 130 orang di Paris, namun juga pengeboman bunuh diri beberapa bulan setelahnya di Brussels.
Baca: Tersangka Teror Paris Ditangkap di Belgia
Diam Seribu Bahasa
Sejak ditangkap, Abdeslam menolak berbicara kepada penyidik. Ia diringkus setelah perburuan selama empat bulan di Eropa.
Namun Abdeslam bersikeras menghadiri persidangan di Brussels yang diperkirakan berlangsung empat hari. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah dirinya akan mengakhiri sikap diamnya.
Jaksa federal Belgia Frederic Van Leeuw mengatakan persidangan ini penting untuk menghadirkan petunjuk di balik dua serangan teror ersebut.
Serangan bunuh diri pada 22 Maret 2016 menewaskan 32 orang di bandara Brussels dan stasiun metro di dekat markas besar Uni Eropa.
Sel militan yang sama diyakini berada di balik serangan Paris dan Brussels yang diklaim kelompok militan Islamic State (ISIS). Abdeslam telah menghabiskan hampir 20 bulan dalam sel isolasi di bawah pengawasan video 24 jam di penjara Fleury-Merogis dekat Paris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News