Ryabkov merespons terhadap pernyataan Wakil Presiden AS Mike Pence yang mengatakan Washington 'tidak akan tinggal diam terhadap isu Iran' dan menyerukan pengganti dari perjanjian nuklir yang dibuat pada 2015.
"Jika (AS) mencari-cari alasan untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran yang tidak ada hubungannya dengan perjanjian (nuklir), maka itu adalah metode yang seharusnya tidak digunakan oleh sebuah negara besar," kata Ryabkov, seperti dilansir AFP, Jumat 5 Januari 2018.
Perjanjian pada 2015 menyepakati pencabutan serangkaian sanksi terhadap Iran, dan sebagai gantinya Teheran harus meredam program nuklir di negaranya.
"Kami tidak melihat ada alasan apapun untuk mengubah perjanjian Iran ini," tambah Ryabkov.
Sebelumnya, Ryabkov mengingatkan mengenai intervensi AS terhadap "urusan dalam negeri" Iran, usai Presiden Donald Trump bertekad ingin membantu warga Iran 'mengambil kembali' pemerintahan mereka di tengah gelombang demonstrasi.
Trump menyebut rezim Iran saat ini 'brutal dan korut' sehingga warganya menginginkan perubahan.
Baca: Trump: Kini Waktunya Perubahan Iran
Unjuk rasa di Iran dimulai di Mashhad, kota kedua terbesar di Iran pada 28 Desember. Awalnya protes hanya seputar kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok, namun berubah menjadi penentangan terhadap rezim secara keseluruhan.
Rabu kemarin, puluhan ribu pengunjuk rasa tandingan turun ke jalanan di sejumlah kota di Iran untuk mendukung pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News