Sejauh ini Italia memiliki jumlah kasus korona terbanyak di Eropa, yakni 152 dengan tiga kematian. Italia pun menutup sejumlah kota untuk menekan penyebaran, yakni di dua wilayah "hotspots" di dekat Milan dan Venesia.
Dikutip dari BBC, Sekitar 50 ribu orang tidak dapat masuk atau keluar dari beberapa kota di wilayah Veneto dan Lombardy dalam dua pekan ke depan. Hanya seseorang yang memiliki izin khusus yang dapat keluar masuk.
Selain menutup dua wilayah, Pemerintah Italia juga menghentikan kegiatan belajar mengajar di sejumlah sekolah dan membatalkan atau menunda berbagai acara, termasuk pertandingan sepak bola.
Virus korona COVID-19, berasal dari provinsi Hubei di Tiongkok pada Desember 2019, memicu gejala penyakit pernapasan mirip dengan Sindrom Pernapasan Berat Akut atau SARS. Kematian akibat korona di level global telah melampaui 2.400, dengan total infeksi 78.914. Sebagian besar kematian dan infeksi terjadi di Tiongkok.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte telah mengumumkan bahwa "langkah-langkah luar biasa" akan diterapkan demi menekan jumlah kasus virus korona. Ia menyebut karantina sejumlah kota dapat berlangsung selama berpekan-pekan.
Polisi, atau jika perlu militer Italia, akan memastikan aturan pengendalian virus korona ini ditegakkan.
Selain Italia, terdapat dua negara lain di luar Tiongkok yang menjadi sorotan di tengah wabah korona: Korea Selatan dan Iran. Korsel telah meningkatkan status siaga virus korona ke level tertinggi, sedangkan Iran berencana menutup sejumlah kota.
Angka kematian akibat korona di Korsel mencapai enam orang, sedangkan di Iran delapan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id