Kontes nominasi capres yang mirip dengan proses di Amerika Serikat (AS) -- kali pertama untuk pendukung Partai Republik di Prancis -- adalah pertarungan antara Fillon dengan politikus moderat Alain Juppe, yang juga merupakan mantan PM.
Pemilihan umum presiden di Prancis tahun depan dipandang sebagai ujian krusial bagi partai-partai politik setelah kesuksesan pesta demokrasi di AS dan Brexit di Inggris, yang dua-duanya didorong semangat anti-elite politik.
Siapapun yang menang dalam nominasi Republik, akan menghadapi kompetisi sengit dari pemimpin National Front Marine Le Pen.
Fillon, politikus karier dan PM periode 2007-2012, telah mengingatkan bahwa Prancis berada "di ujung pemberontakan" dan meyakini rencananya memangkas 500 ribu pekerjaan sektor publik dan aturan bisnis adalah sesuatu yang dibutuhkan negara.
"Saya akan melakukan apapun untuk para pengusaha!" serunya dalam kampanye terakhir di Paris pada Jumat, seperti dikutip AFP, Sabtu (26/11/2016). Fillon bertekad menghadirkan banyak bisnis untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
Penggemar balap motor ini juga telah memenangkan dukungan dari imigran Muslim di Prancis, lewat janjinya melindungi identitas negara, bahasa serta nilai-nilai kekeluargaan.
Dalam kampanyenya, Fillon menegaskan "agama Islam telah menerima apa yang agama lain terima di masa lalu, bahwa radikalisme dan provokasi tidak memiliki tempat di negara ini."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News