Presiden Prancis Francois Hollande dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Reuters)
Presiden Prancis Francois Hollande dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Reuters)

Aliansi Global Baru Dimungkinkan Dibentuk untuk Lawan ISIS

Fajar Nugraha • 28 November 2015 09:57
medcom.id, Paris: Gelombang baru serangan kelompok militan ISIS telah meningkatkan kemungkinan pembentukan sebuah aliansi global baru melawan ISIS.
 
Gelombang baru serangan teroris ISIS memaparkan kerentanan negara di seluruh Eropa dan Timur Tengah. Hal ini memaksa pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan yang ada dan meningkatkan kemungkinan aliansi baru melawan ISIS.
 
Namun, sebagian mantan diplomat Amerika, mengatakan negaranya harus lebih dulu membuat strategi yang lebih koheren guna memandu upaya yang luas melawan ekstrimis.

Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Suriah dan mantan asisten menteri luar negeri Edward Djerejian, mengutip beberapa masalah di dunia Arab yang menyebabkan ekstremisme. Ini juga mencakup ekonomi yang rusak, korupsi yang sistemik, ketiadaan partisipasi politik, sistem pendidikan yang tidak beres dan lemahnya supremasi hukum.
 
"Perekrutan ISIS didorong kebijakan banyak negara Arab saat ini yang tidak melibatkan, malah menindas, kelompok-kelompok oposisi," ujar Analis pada Carnegie Endowment for International Peace, Michele Dunne, seperti dikutip VOA Indonesia, Sabtu (28/11/2015).
 
Seperti kebanyakan pimpinan politik Amerika, Djerejian menentang pengerahan besar pasukan darat Amerika guna memerangi ISIS di Irak dan Suriah. Tetapi ia mengatakan, setiap anggota koalisi internasional harus berkomitmen berpartisipasi sepenuh hati.
 
Presiden Rusia Vladimir Putin semakin mungkin bekerja sama dengan negara-negara lain memerangi ISIS. Dalam jumpa pers Kamis (26/11/2015) dengan Presiden Perancis Francois Hollande, ia mengatakan, Rusia siap bekerja sama dengan koalisi pimpinan Amerika untuk menentukan sasaran militer di Suriah.
 
Tetapi juru bicara Kremlin Jumat (27/11/2015) memupus harapan itu. Ia menyatakan ide koalisi tunggal anti-ISIS kini tidaklah mungkin.
 
Pakar militer Anthony Cordesman mengatakan tidak banyak bukti sejauh ini yang menunjukkan Rusia menyerang ISIS, melainkan kelompok pemberontak Suriah yang mengancam sekutu Rusia, Presiden Suriah Bashar al Assad. Tetapi menurut Djerejian, karena kini Putin mendesak untuk menghadapi ancaman nyata ekstremis Muslim di dalam Federasi Rusia dan luar negeri, terbuka kesempatan bagi diplomasi Amerika untuk melibatkan Rusia dalam semacam koalisi melawan ISIS.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan