Setelah melakukan dengan pihak Uni Eropa, Menko Luhut pun mendekati Takhta Suci Vatikan. Luhut pun melakukan pertemuan dengan Direktur Lembaga Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian Vatikan, Kardinal Peter Turkson pada Rabu 25 April 2018.
Luhut mengatakan Vatikan akan membantu Indonesia dalam menghadapi ancaman Uni Eropa untuk menghapus penggunaan biodiesel dari kelapa sawit.
"Kardinal Turkson menyampaikan bahwa dia concern dengan nasib petani sawit dan jutaan orang yang kehidupannya bergantung pada industri kelapa sawit ini. Beliau secara khusus menyatakan apa yang akan terjadi jika mereka ini -yang sebagian besar Muslim- tidak mempunyai penghasilan lagi. Karena itu, Kardinal Turkson menggagas untuk mengadakan seminar yang membicarakan hal ini di Universitas Kepausan di Vatican bulan depan," ujar Menko Luhut usai pertemuan, dalam keterangan tertulis Kemenko Maritim, yang diterima Medcom.id, Kamis 26 April 2018.
Dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam itu dibahas tentang apa yang dapat dilakukan untuk mencegah jangan sampai jumlah orang yang dikategorikan miskin bertambah. Seminar akan mengundang unsur-unsur dari Uni Eropa, perusahaan multi-nasional pengguna produk kelapa sawit, petani rakyat khususnya dari Malaysia dan Indonesia serta lenbaga-lembaga keagamaan.
Luhut pun mengusulkan untuk mengundang organisasi keagamaan terbesar seperti NU dan Muhammadiyah karena untuk Indonesia, yang dikhawatirkannya adalah tumbuhnya paham-paham radikal sebagai dampak dari kemiskinan.
Tidak hanya mengenai sawit, sosok yang pernah menjabat sebagai Dubes RI untuk Singapura ini juga menjelaskan kepada Kardinal Turkson apa saja yang telah dilakukan Indonesia, seperti pembersihan sungai Citarum yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat sipil, tetapi juga melibatkan ribuan personel TNI dan Polri ikut membersihkan sungai terkotor di dunia yang panjangnya 300 km itu.
Kardinal Turkson mengapresiasi usaha-usaha pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan termasuk pencurian ikan dan kebakaran hutan.
Undang Paus Fransiskus
Sebelum bertemu Kardinal Turkson, Menko Luhut mengikuti audiensi umum yang diadakan di Basilika Santo Peter bersama ratusan umat lainnya. Menko Luhut mendapat kesempatan berjabat tangan dengan Paus Fransiskus dan menyampaikan undangan dari Presiden Joko Widodo agar Paus bersedia berkunjung ke Indonesia.
"Saya tadi menyampaikan undangan dari Presiden kepada Yang Mulia Paus Fransiskus dan ia mengatakan bersedia," pungkas Menko Luhut.
Namun belum diketahui jadwal kunjungan Paus Fransiskus. Sementara pendekatan sendiri sudah dilakukan oleh KBRI di Vatikan.
Kolombia dukung inisiatif Indonesia
Selama rangkaian kunjungan ke Eropa, tokoh Kopassus ini melakukan pertemuan dengan Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Kolombia, Juan Guillermo Zuluaga. Dirinya mengundang Menteri Zuluaga untuk berpartispasi dalam seminar yang diselenggarakan di Vatikan. Pada pertemuan yang berlangsung di KBRI Indonesia di Den Haag, Belanda tersebut, kedua menteri bertukar informasi apa saja yang sudah dilakukan dan rencana kerja bersama dalam menghadapi ancaman rencana penghapusan pembelian produk biodiesel sawit ini.
Kolombia adalah salah satu negara penghasil sawit terbesar bersama Thailand, Nigeria, Papua Nugini, Guatemala, Pantai Gading dan Honduras. Menteri Zuluaga bercerita bahwa Ia baru saja melakukan hal yang sama, yaitu bertemu dengan beberapa unsur EU di Brussels dan bertemu dengan anggota Parlemen di Belanda.
Tidak hanya itu, Kolombia juga merupakan penghasil kelapa sawit ke empat terbesar di dunia dengan produksi 1,28 juta ton per tahun.
"Bagi negara kami, rencana EU ini cukup mengganggu, karena ada sekitar 5,000 hektar kelapa sawit di Kolombia yang dimiliki oleh petani atau pengusaha kecil menengah. Saya melakukan hal yang sama dengan Anda. Kami melakukan berbagai pertemuan dan meluruskan pandangan-pandangan yang salah tentang kelapa sawit, seperti dampak kelapa sawit untuk kesehatan, tuduhan ini sama sekali tidak berdasar," kata Menteri Zuluaga.
Menko Luhut memberitahukan kepada Menteri Zuluaga bahwa PM Najib Razak dari Malaysia juga bersedia melakukan hal yang sama.
Dampak penghentian pembelian produk kelapa sawit, jika diberlakukan untuk Kolombia adalah akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran industri dan perkebunan kelapa sawit menyediakan lapangan pekerjaan bagi mantan pemberontak Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (FARC) pada November 2016 seperti dituangkan dalam perjanjian perdamaian dengan pemerintah yang sah saat itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News