Aksi nekatnya itu dilakukan di depan restoran di sebuah universitas di Lyon.
Dalam tulisannya di Facebook, pemuda berusia 22 tahun itu menyalahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron, tokoh sayap kanan Marine Le Pen, dan bahkan Uni Eropa.
Ia menyebut Macron, Le Pen dan UE adalah pihak yang harus bertanggung jawab atas kematiannya. Petugas pemadam mengatakan, mahasiswa yang namanya tidak disebutkan itu mengalami 90 persen luka bakar di sekujur tubuh.
Menempuh pendidikan di Lyon 2 University, mahasiswa itu mengaku sudah tidak kuat lagi menanggung kesulitan finansial. Ia mengaku kesulitan bertahan hidup hanya dengan EUR450 (setara Rp7 juta) per bulan.
"Mari lawan fasisme, yang hanya akan memecah belah kita semua. Mari lawan juga liberalisme yang hanya menciptakan kesenjangan," tulis mahasiswa itu di Facebook, dikutip dari BBC, Minggu 10 November 2019.
"Macron, (Francois) Hollande, (Nicolas) Sarkozy dan Uni Eropa telah membunuh saya. Mereka menciptakan ketidakpastian untuk semua orang. Saya juga menyalahkan Le Pen dan para editor (media) yang menciptakan ketakutan," lanjutnya. Hollande dan Sarkozy adalah dua mantan presiden Prancis.
Mengenai lokasi bakar diri, pemuda itu mengaku sengaja melakukannya di depan restoran ramai di Lyon. Ia mengaku memang mencari sebuah tempat yang dapat dijadikan "panggung politik."
Kekasih korban telah menghubungi polisi setelah mendengar rencana bakar diri via pesan singkat. Serikat pelajar SUD-Education and Solidaires berduka atas tewasnya pemuda tersebut, dan menegaskan bahwa kehidupan seorang mahasiswa dipenuhi "kerawanan."
"Aksi bakar diri ini jangan sampai hanya dianggap sebagai bentuk keputusasaan," ungkap serikat tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News