Seperti dilansir AFP, kedua kandidat memiliki pandangan yang bertolak belakang dalam tekad mereka melindungi Prancis dari bahaya terorisme.
Macron meminta warga Prancis untuk "tidak menyerah di tengah ketakutan," sementara Le Pen bertekad memperketat semua titik perbatasan negara dan mendeportasi seluruh orang yang masuk daftar pengawasan terorisme.
Karim Cheurfi, warga Prancis berusia 39 tahun, menembak mati polisi bernama Xavier Jugele dan melukai dua lainnya di Champ Elysees pada Kamis 20 April 2017.
Serangan tersebut diklaim kelompok militan Islamic State (ISIS). Cheurfi ditembak mati oleh aparat keamanan,
Presiden Prancis Francois Hollande juga menyampaikan penghormatan terakhirnya kepada Jugele di sebuah kantor polisi di Paris. Jugele akan mendapat medali penghargaan tertinggi dan pangkatnya dinaikkan menjadi kapten.
Pemilihan umum presiden putaran pertama menyaring Macron dan Le Pen ke putaran kedua. Menurut berbagai lembaga survei, Macron difavoritkan mengalahkan Le Pen dengan mudah.
Hollande meminta masyarakat Prancis untuk memilih Macron. Ia menilai Le Pen adalah "risiko bagi negara kita" dan berpotensi menghancurkan perekonomian negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News