"Kami tidak ingin meningkatkan (ketegangan), kami hanya ingin mengisolasi," ucap Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash kepada awak media dalam kunjungan ke Paris, Prancis, seperti dikutip AFP, Senin 19 Juni 2017.
Arab Saudi, UEA dan Bahrain memutus hubungan diplomatik dengan Qatar dua pekan lalu. Mereka juga menutup perbatasan darat dan udara dengan Qatar, serta menerapkan aturan ketat terkait zona udara.
Gargash menyebut kisruh diplomatik ini tidak akan berakhir, sebelum Qatar bersedia melepaskan dukungannya terhadap "ekstremis."
"Mereka telah membangun sebuah podium untuk ekstremisme, dan kami memiliki kesempatan emas untuk memutus dukungan tersebut," ungkap Gargash.
Kisruh diplomatik meningkatkan kekhawatiran sejumlah pihak terhadap instabilitas di Timur Tengah.
Nostalgiawan Wahyudi, seorang pengamat dan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menilai, kisruh Qatar ini bisa dijadikan alat oleh Amerika Serikat (AS) untuk lebih 'menancapkan benderanya' di kawasan Timur Tengah dan Teluk.
Pada 5 Juni 2017, Arab Saudi tiba-tiba mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar. Langkah ini diikuti oleh Uni Emirat Arab dan Bahrain, sebagai sekutu paling solid dari Arab Saudi lalu diikuti dengan Libya, Maladewa, dan Yaman.
Pemutusan terjadi beberapa pekan setelah Presiden AS Donald Trump mengunjungi Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud di Arab Saudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News