Kosovo, bekas provinsi Serbia, berada di bawah kendali Perserikatan Bangsa-Bangsa usai Presiden Slobodan Milosevic menghentikan operasi penyerangannya terhadap separatis di wilayah tersebut.
Pada 2008, Kosovo secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan. Serbia menolak mengakuinya.
Peringatan digelar di seantero Serbia, dengan tema utama mengingatkan awal mulanya "agresi NATO." Acara utama peringatan 20 tahun digelar di kota Nis, di mana Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengklaim dihadiri 20 ribu orang.
Suara sirene menjadi penanda dimulainya upacara peringatan pada pukul 19.45, tepat saat serangan udara dilancarkan NATO pada 24 Maret 1999. Layar raksasa dihadirkan di lokasi acara, yang memperlihatkan situasi saat pengeboman.
"Saat itu adalah hari paling tragis dalam sejarah kita," kata Patriark Serbia Ortodoks Irinej kepada kerumunan orang, banyak dari mereka membawa lilin.
"Hal yang lebih tragis lagi adalah, (pengeboman) itu melihatkan bekas sekutu kita, mantan sahabat kita semua," lanjut dia, seperti diberitakan di laman Channel News Asia, Senin 25 Maret 2019.
Milosevic memerintahkan pasukannya mundur dari Kosovo pada 10 Juni 1999. NATO menggempur puluhan target militer, termasuk infrastruktur seperti jembatan, rel kereta api dan tiang listrik di seantero Kosovo.
Jumlah korban jiwa dari warga sipil di Kosovo tidak secara resmi disebutkan. Namun menurut Human Right Watch, jumlah korban berkisar 500 hingga 2.500 orang.
"Ketika itu kita seorang diri menghadapi kekuatan militer terbesar di dunia," tegas Vucic, mantan ultra-nasionalis yang menjadi tokoh moderat. Vucic menginginkan Serbia menjadi anggota Uni Eropa.
Menyebutkan adanya 2.500 kematian di kalangan warga sipil, Vucic menyebut pengeboman NATO di Kosovo akan "selalu diingat sebagai sebuah kejahatan."
Sebelum acara peringatan, duta besar dari delapan negara Barat -- Kanada, Prancis, Italia, Jerman, Belanda, Norwegia, Inggris dan Amerika Serikat -- memberikan penghormatan mereka terhadap korban jiwa pengeboman di sebuah monumen di Beograd.
"Kita semua mengingat 24 Maret sebagai hari di mana diplomasi berakhir gagal. Kami berbelasungkawa atas kematian warga sipil sepanjang peristiwa di tahun 1999," ucap para dubes dalam pernyataan gabungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News