Pernyataan terbaru disampaikan Jo Chol-su, Direktur Jenderal Kemenlu Korut untuk Urusan Amerika Utara, dalam Konferensi Nonproliferasi di Moskow, Jumat 8 November.
Dalam sesi tanya jawab di konferensi tersebut, Jo mengatakan Korut telah memberikan cukup banyak waktu bagi AS untuk berubah. Ia menegaskan pihaknya akan terus menanti respons Washington hingga akhir tahun ini.
Jo berharap AS dapat melakukan suatu tindakan signifikan agar negosiasi nuklir dapat berlanjut ke arah positif. "Kami terus menunggu, tapi jendela kesempatan (berlanjutnya dialog) sedikit demi sedikit menutup pada setiap harinya," ungkap Jo, disitat dari KBS World, Sabtu 9 November 2019.
Keputusan AS yang diharapkan Korut diyakini masih terkait pencabutan sanksi dan juga jaminan keamanan. Selama ini, Korut terindikasi bersedia menghentikan program nuklirnya, asalkan sejumlah sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada mereka dicabut.
Pyongyang juga pernah beberapa kali meminta adanya jaminan keamanan dari AS jika pada akhirnya program pengembangan nuklir dihentikan.
Namun sejumlah pengamat menilai Korut tidak akan pernah menghentikan program nuklirnya. Begitu juga dengan AS, yang diyakini masih akan terus menerapkan "tekanan maksimal" berupa sanksi kepada Korut.
Bulan lalu, AS dan Korut sempat menggelar dialog nuklir di Swedia meski bukan dihadiri petinggi kedua negara. Dialog tersebut berakhir tanpa hasil berarti.
Korut mengaku geram karena AS sama sekali belum mengubah sikapnya saat bernegosiasi di Stockholm. Sementara AS mengklaim pertemuan tersebut berjalan sukses dan bergerak ke arah yang positif.
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un telah dua kali bertemu dalam konferensi resmi di Singapura dan Vietnam. Keduanya juga bertemu untuk kali ketiga dalam pertemuan informal di Zona Demiliterisasi (DMZ).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News