Kapal patroli Turki berlayar di Laut Aegean. (Foto: AFP/File / by Stuart WILLIAMS and Fulya OZERKAN)
Kapal patroli Turki berlayar di Laut Aegean. (Foto: AFP/File / by Stuart WILLIAMS and Fulya OZERKAN)

Turki-Yunani Bersitegang atas Sengketa Pulau dan Kudeta

Arpan Rahman • 05 Februari 2017 19:15
medcom.id, Istanbul: Turki sekali lagi bersitegang dengan Yunani, negara sahabat yang pernah menjadi musuh di masa lalu. 
 
Ketegangan ini menjadi salah satu perseteruan paling sengit kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Meski begitu, perang kata-kata antara Yunani dengan Turki diyakini tidak akan berubah menjadi konflik militer.
 
Berkisar dua bulan sebelum warga Turki bersuara dalam referendum untuk meningkatkan kekuasaan presiden, sengketa baru dengan Yunani memicu sentimen nasionalisme di Ankara. 

Menjalin hubungan lebih pragmatis dengan Yunani dinilai sebagai salah satu kebijakan luar negeri utama dari partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berkuasa sejak 2002.
 
Tapi ketegangan atas pulau-pulau yang disengketakan Yunani di Laut Aegea, pelanggaran wilayah udara, dan cekcok soal pengurusan warisan Bizantium di Turki telah memicu sebuah perpecahan berlarut antara dua sekutu NATO tersebut. 
 
Pada Januari, pengadilan Yunani menolak mengekstradisi delapan mantan perwira militer Turki yang diburu dalam kasus kudeta gagal. Jurang perselisihan makin melebar.
 
Kedelapan perwira melarikan diri ke Yunani dengan helikopter militer pada malam kudeta, yang disebut Turki didalangi ulama Fethullah Gulen yang tinggal terasing di Amerika Serikat (AS).
 
Menteri Pertahanan Fikri Isik mengecam keputusan pengadilan Yunani sebagai "sesuatu yang sangat mengecewakan."
 
"Apapun keputusan yang diambil mitra Turki terkait kudeta gagal menjadi sangat kontroversial, baik itu ekstradisi Gulen dari AS atau ekstradisi para perwira dari Yunani," kata Marc Pierini, pakar di Carnegie Europe, seperti dilansir AFP, Minggu (5/2/2017).
 
Turki-Yunani Bersitegang atas Sengketa Pulau dan Kudeta
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Foto: AFP)
 
Situasi yang tak Diinginkan
 
Lewat suatu aksi pembalasan terang-terangan, sebuah kapal angkatan laut Turki yang dinakhodai Kepala Staf Jenderal Hulusi Akar, berlayar melintasi dua pulau yang disengketakan di Laut Aegea pada 29 Januari. Pelayaran itu mendorong Yunani membayangi kapal-kapal Turki dengan armada mereka sendiri.
 
Dua pulau tidak berpenghuni -- yang dikenal secara kolektif sebagai Kardak di Turki dan Imia di Yunani -- sudah lama menjadi sumber ketegangan.
 
Keributan atas kedaulatan timbul pada Januari 1996, ketika kedua negara mengirim marinir ke dua pulau bersebelahan. Itu merupakan sebuah pertanda akan adanya konfrontasi bersenjata.
 
Mereka menarik pasukan setelah tekanan diplomatik keras dari AS, sesama anggota NATO.
 
Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos kemudian terbang di atas pulau-pulau itu dengan helikopter, melempar karangan bunga ke air dalam rangka mengenang tiga tentara Yunani yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 1996.
 
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memperingatkan bahwa "jika ketegangan meningkat, maka akan mustahil diperbaiki."
 
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menyindir Kammenos atas sikapnya itu, dengan mengatakan ada "130 batu besar dan kecil" di Laut Aegean yang statusnya masih diperdebatkan.
 
Tapi PM Yunani Alexis Tsipras memperingatkan bahwa tindakan Ankara "tidak akan membuahkan solusi". Ia bersikeras tidak ada "daerah abu-abu" di teritorial Laut Aegea, dan menegaskan Turki benar-benar melanggar perairan Yunani.
 
Turki-Yunani Bersitegang atas Sengketa Pulau dan Kudeta
PM Yunani Alexis Tsipras. (Foto: AFP)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan