Penutupan paksa harian ini diakibatkan karena Nepszabadsag terang-terangan mengkritik Pemerintah Hungaria.
"Kami ingin situasi ambigu ini berakhir dan pemilik perusahaan jelas mengatakan apa yang kami lakukan," kata wakil editor koran, Peter Peto, seperti dikutip AFP, Senin (17/10/2016).
Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban telah dikecam akibat sikap kerasnya atas oposisi serta mencekik kebebasan dasar pers dan penutupan media cetak ini dipandang sebagai langkah baru dalam tindakan kerasnya.
Demonstran yang berjumlah sekitar 2.000 hingga 3.000 orang ini meneriakkan kata-kata seperti 'mereka mencuri kebebasan pers dan kita' dan 'hentikan kediktatoran Fidesz. Fidesz adalah sebuah partai yang berkuasa di Hungaria.

Demo warga Hungaria menuntut kebebasan pers/AFP
Sementara, Partai Fidesz mengatakan bahwa penutupan media cetak Nepszabadsag adalah keputusan rasional, dan bukan dengan alasan politik.
Namun, partai-partai oposisi, para aktivis dan wartawan menyalahkan langkah PM Orban yang menyetujui penutupan media tersebut.
Pasalnya, penutupan harian Nepszabadsag dilakukan sepekean setelah Nepszabadsag mengkritik Orban yang diduga melakukan korupsi dengan dua sekutu terdekatnya di pemerintahan.
Penerbit Nepszabadsag sejak tahun 2014, MediaWorks, mengaku akan mengalami kerugian dalam pencetakan. Sebab, Nepszabadsag adalah salah satu harian cetak ternama di Hungaria.
"Kami menghormati keputusan PM Orban. Kami hanya khawatir dengan Nepszabadsag dengan 90 karyawan tersebut," tandas pemilik penerbit yang berasal dari Austria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News