Dalam sebuah debat televisi, Rabu 3 Mei 2017, kedua kandidat saling serang dan menyoroti visi mereka yang bertolak belakang dalam beragam isu.
Le Pen menggambarkan Macron yang merupakan mantan bankir dan menteri ekonomi sebagai pelayan bisnis-bisnis besar. Le Pen mendeklarasikan dirinya sebagai "kandidat rakyat Prancis yang kita semua cintai."
Mengatatakan bahwa ekstremisme dan terorisme harus "dihilangkan" setelah terjadinya aksi teror sejak 2015, Le Pen menyebut Macron tidak bisa mengatasi permasalah tersebut.
Macron membalas bahwa rencana anti-teror Le Pen hanya akan menguntungkan ekstremis dan memecah belah Prancis.
"Ini adalah yang diharapkan teroris. Ini perang sipil, ini perpecahan. Itu adalah pidato yang mengerikan," ungkap Macron, seperti dikutip ITV.
Melabeli Le Pen sebagai "sosok penebar ketakutan," Macron juga menyerang rivalnya itu sebagai tokoh kosong ide, lemah dalam memaparkan detail program dan hanya mencari keuntungan politik dengan mengeksloitasi amarah warga Prancis.
"Anda berbohong setiap waktu. Anda tidak punya ide apa-apa," tuduh Macron kepada Le Pen.
Duduk di meja bundar, debat berubah menjadi ajang saling bentak antar Macron dan Le Pen, tanpa adanya titik temu antar capres pro Eropa dan anti-Uni Eropa.
Mereka juga berselisih mengenai keuangan Prancis, keamanan dan kebijakan luar negeri. Le Pen menuduh Macron akan menjadi bawahan Kanselir Angela Merkel jika menjadi presiden.
"Yang jelas, Prancis akan dipimpin wanita, entah itu oleh saya atau Nyonya Merkel," sebut Le Pen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News