Spyware adalah perangkat yang memasang dirinya sendiri ke dalam sebuah sistem untuk mencuri data pengguna atau merusaknya.
FSB mengatakan terinfeksinya 20 agensi oleh spyware mirip dengan sejumlah kasus sebelumnya di Rusia dan beberapa negara lain. FSB tidak menyebutkan pihak mana yang dicurigai Rusia berada di balik serangan digital ini.
"Sumber daya teknologi informasi dari beberapa agensi pemerintah, institusi ilmiah dan militer, perusahaan industri pertahanan dan entitas lainnya, telah terinfeksi," ujar FSB di situsnya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/7/2016).
Pengumuman FSB muncul beberapa waktu setelah adanya serangan di dunia maya terhadap Dewan Nasional Partai Demokrat di Amerika Serikat atau DNC. Ribuan surat elektronik atau email DNC bocor. Beberapa pakar dan pejabat di AS mengklaim adanya bukti Rusia berada di balik kebocoran tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Obama mengatakan pelaku pembocoran email itu bisa saja Rusia. "Semuanya mungkin," ujar Obama.
Rusia membantah keras terlibat dalam serangan terhadap DNC, dengan menegaskan tidak pernah dan tidak akan pernah mencampuri urusan internal negara lain, termasuk proses pemilihan umum.
"Apa motif dari kebocoran ini? Mengenai itu, saya tidak bisa bicara langsung. Yang saya tahu adalah Donald Trump berulang kali mengekspresikan kekagumannya kepada (Presiden Rusia) Vladimir Putin," tutur Obama.
Trump beberapa kali memuji Putin dengan menyebutnya sebagai "pemimpin kuat." Pebisnis asal New York itu mengatakan kepada media New York Times pekan lalu bahwa jika dirinya berkuasa di Gedung Putih, Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mungkin tidak otomatis melindungi negara-negara Baltik yang dulunya adalah Uni Soviet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News