Komentar Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius terlontar seiring munculnya sejumlah laporan efek buruk pemanasan global, terutama terhadap kaum miskin dan mereka yang tinggal di kota-kota besar di seluruh dunia.
"Kehidupan di planet kita sedang dipertaruhkan," kata Fabius kepada awak media, dalam pertemuan level menteri dan utusan masalah perubahan iklim dari 70 negara di Paris, seperti dikutip AFP, Minggu (8/11/2015).
Tiga pekan jelang konferensi PBB terkait masalah perubahan iklim, Fabius mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin juga akan menghadiri acara pembukaan pada 30 November.
Rusia, salah satu penghasil minyak utama di dunia, dipandang sebagai negara yang mampu menyukseskan atau menggagalkan perjanjian perubahan iklim. Perjanjian universal diperlukan untuk menangani emisi karbon yang semakin memperburuk pemanasan global.
"Ada urgensi absolut dalam hal ini," tegas Fabius, yang merujuk pada target PBB dalam membatasi pemanasan global hingga dua derajat Celcius di atas level pra-Revolusi Industri.
Panel sains iklim PBB mengingatkan risiko meningkatnya suhu bumi dengan rata-rata empat, lima, hingga enam derajat (Celcius), jika tidak segera dilakukan tindakan serius.
"(Jika tidak ada tindakan) akan ada konsekuensi bencana, karena akan terjadi kekeringan dan masalah keimigrasian masif, termasuk masalah perang dan perdamaian," tutur Fabius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News