Menurut pejabat Serikat Polisi Prancis Christophe Crepin, senjata yang digunakan bukan berasal dari dalam Prancis.
"Senjata yang digunakan pelaku berasal dari luar negeri. Ini terlihat dari ukurannya dan kerumitan dari penyerangan tersebut, mengindikasikan ulah dari jaringan teroris terorganisir," turur Crepin, seperti dikutip AFP, Rabu (14/1/2015).
"Sel teroris itu bukan saja meliputi pelaku penyerangan itu. Kami memikirkan dengan serius apa yang telah mereka raih, baik dari senjata, logistik dan biaya dari melakukan penyerangan itu," lanjutnya.
Crepin menegaskan kembali bahwa senjata yang digunakan Said dan Cherif Kouachi adalah senjata berat. "Ketika kita berbicara tentang peluncur roket, hal itu tidak sama ketika membeli (roti) baguette di pinggiran jalan. Ini adalah target terukur," tegas Crepin.
Said dan Cherif Kouachi melakukan serangan di kantor Charlie Hebdo pada Rabu (7/1/2015) dan akhirnya tersudut di sebuah pabrik cat pada Jumat (9/1/2015). Sementara pelaku serangan lainnya, Amedy Coulabily membunuh seorang polisi wanita Prancis sebelum serangan Charlie Hebdo.
Coulabily kemudian lanjut melakukan penyanderaan di sebuah toko kelontong di hari yang sama ketika Kouachi bersaudara terkepung oleh polisi. Coulabily akhirnya tewas oleh polisi bersama dengan empat orang sandera.
Hingga saat ini polisi masih terus melakukan pencarian terhadap kemungkinan tersangka lain. Seorang warga Prancis ditangkap di Bulgaria, atas keterlibatannya dengan salah satu dari Kouachi bersaudara.
Sementara istri dari Coulabily, yakni Hayet Boumeddiene masih buron. Perempuan keturunan Aljazair itu diduga terlibat dalam serangan ini dan saat ini diperkirakan berada di Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News