Namun PM Johnson juga menekankan pentingnya 'menurunkan ketegangan' di wilayah Teluk, yang terjadi usai terjadinya serangan terhadap fasilitas minyak milik perusahaan Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais pada 14 September.
Pemberontak Houthi asal Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat tanpa awak atau drone di dua kilang Saudi. Namun Amerika Serikat tidak memercayainya, dan menilai Iran sebagai dalang utama serangan.
Awalnya Inggris cenderung menahan diri dan tidak menyalahkan siapapun atas serangan tersebut.
"Ada kemungkinan sangat tinggi bahwa pihak yang bertanggung jawab (atas serangan drone dan misil di Saudi) adalah Iran," tutur Johnson bersama awak media yang terbang bersamanya ke New York, AS, untuk menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Kami akan bekerja sama dengan sahabat Amerika dan juga Eropa, untuk mengkonstruksi sebuah respons demi menurunkan ketegangan di Teluk," lanjutnya, disitat dari laman AFP, Senin 23 September 2019.
Saat nanti berada di New York, Johnson dijadwalkan bertemu Presiden AS Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ia mengaku ingin menjadikan Inggris sebagai "jembatan antara Eropa dan Amerika dalam menyelesaikan krisis di wilayah Teluk."
Johnson menekankan pentingnya upaya diplomatik dalam merespons krisis Teluk, namun juga menyatakan kesiapan jika Inggris diminta membantu secara militer. Jumat kemarin, AS mengumumkan pengiriman tambahan pasukan ke wilayah Teluk terkait serangan kilang minyak Saudi.
"Jika kami diminta, baik oleh Saudi atau Amerika, maka kami akan mencari cara agar dapat menjalankan peran yang bermanfaat bagi semua," ungkap Johnson.
Mengenai tuduhannya terhadap Iran, Johnson menyebutkan mengenai serpihan misil jelajah yang ditemukan di lokasi serangan. "Bukti di lokasi sangat, sangat mengarah kepada keterlibatan Iran," ucapnya.
Sejauh ini Iran membantah keras bertanggung jawab atau terlibat dalam serangan di kilang minyak Saudi. Teheran mengingatkan kepada semua pihak untuk tidak melakukan aksi provokatif yang dapat berujung pada "perang terbuka."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News