Boris Johnson dipilih sebagai Menlu Inggris (Foto: AFP)
Boris Johnson dipilih sebagai Menlu Inggris (Foto: AFP)

Tunjuk Boris Johnson sebagai Menlu, PM Inggris Dinilai Hilang Kredibilitas

Fajar Nugraha • 14 Juli 2016 09:57
medcom.id, London: Perdana Menteri Inggris yang baru Theresa May, secara mengejutkan menunjuk Boris Johnson sebagai Menteri Luar Negeri Inggris. Pemilihan Boris Johnson menimbulkan tanda tanya.
 
Partai Liberal Demokrat tidak terima dengan penunjukkan Boris Johnson sebagai Menlu Inggris. Mereka bahkan melontarkan kritikan keras terhadap May.
 
"Theresa May telah kehilangan kredibilitas setelah 90 menit dilantik sebagai Perdana Menteri, karena menunjuk Boris Johnson sebagai Menlu," pernyataan pihak Liberal Demokrat, seperti dikutip Independent, Kamis (24/7/2016).
 
Menurut pihak Liberal Demokrat, Johnson kerap melontarkan debat keras dengan para pemimpin dunia saat referendum Britain Exit atau Brexit yang berimbas Inggris keluar dari Uni Eropa. Salah satunya membandingkan pemimpin negara UE seperti Nazi dan menyebutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama sebagai bagian dari Kenya.
 
Ketua Partai Liberal Demokrat Tim Farron mengatakan,"Saya tidak percaya Boris Johnson akan menjadi sosok yang mewakili Inggris di luar negeri".
 
"Kemungkinan besar, tindakan pertama yang Johnson lakukan sebagai Menteri Luar Negeri adalah meminta maaf kepada Presiden Amerika Serikat dan juga kepada pemimpin negara rekan kami di Eropa," tutur Farron.

"Dalam situasi penting yang bisa menentukan arah ekonomi dan hubungan Inggris dengan Eropa, sangat mengherankan bahwa Perdana Menteri memilih seseorang yang membangun kariernya dengan membuat lelucon," imbuhnya. 
 
Johnson sendiri merasa terhormat bisa diberikan kesempatan ini. "Saya bangga bisa dipilih," tutur Johnson.
 
"Saya kira Theresa memberikan pidato yang bagus mengenai ambisinya untuk negeri ini. Jelas kami memiliki kesempatan untuk membangun hubungan baru dengan Eropa dan dunia dan saya sangat terhormat diminta untuk menjadi bagian dari upaya itu," tegas Johnson.
 
Ketika ditanya apakah Johnson berencana untuk meminta maaf kepada pemimpin dunia atas ucapannya terdahulu, Johnson mengatakan, "AS berada di urutan pertama".

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan