medcom.id, Valetta: Para pemimpin Uni Eropa (UE) akan bertemu di Malta. Mereka hendak membahas bagaimana membendung masuknya imigran dari Afrika Utara dan Timur Tengah.
KTT digelar setelah Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni mengaku telah mencapai kesepakatan dengan Libya untuk mengurus penyetopan imigran berlayar menuju Eropa.
Gentiloni menjanjikan lebih banyak dana dan pelatihan bagi Libya guna mengatasi penyelundup manusia. Ratusan ribu imigran setiap tahun mencoba mencapai Eropa. Banyak dari mereka tenggelam saat melintas Laut Mediterania.
Pada Kamis 2 Februari, penjaga pantai Italia mengatakan, 1.750 lebih migran berhasil diselamatkan di Mediterania dalam waktu 24 jam.
Sejak jatuhnya mantan pemimpin Muammar Gaddafi pada 2011, Libya terkendala pemerintah pusat yang tidak efektif dan keamanan telah dikuasai sejumlah faksi lokal. Para penyelundup manusia menemukan celah beroperasi di negara tersebut.
"Jika kita ingin memberikan kekuatan yang nyata untuk mengurus arus migrasi, perlu komitmen ekonomi dengan seluruh Uni Eropa," kata Gentiloni seperti dilansir BBC, Jumat (3/2/2017).
Para pemimpin 28 negara anggota UE akan membahas krisis migran di Valletta, Ibu Kota Malta, pada Jumat.
Rencana baru penanganan masalah di sumbernya akan bekerja sama dengan para penjaga pantai Libya demi menutup rute penyelundupan manusia. Demikian dilaporkan wartawan BBC Kevin Connolly di Malta.
Negara-negara Mediterania -- di mana imigran mendarat -- menghendaki anggota Uni Eropa lainnya menerima beberapa pengungsi baru. Namun keinginan itu menghadapi keengganan yang cukup besar, kata wartawan BBC.
Jelang KTT, Presiden Dewan Komisi UE Donald Tusk berkata, mematahkan lingkaran penyelundupan dan menghentikan pelayaran berbahaya "adalah satu-satunya cara menghentikan orang-orang mati di gurun dan di laut. Ini juga satu-satunya cara mengontrol imigrasi di Eropa."
"Tujuan ini ada dalam jangkauan kita," tambahnya.
UE sudah menempatkan militer di perairan internasional lepas pantai Libya buat menangkap para penyelundup manusia.
Terpisah, Gentiloni mengatakan, dalam pembicaraan, Kamis, dengan PM Libya Fayez Serraj di Roma, tercapai kesepakatan mengatasi kawanan penyelundup manusia di negara Afrika Utara.
Gentiloni katakan, kesepakatan itu "hanya serpihan" dari rencana lebih luas yang akan dibahas di Valletta.
Namun, para ahli memperingatkan, mitra terpercaya di Libya sulit ditemukan. Sementara menutup rute yang ada mungkin hanya menyebabkan terbukanya jalur baru, menurut Connolly, wartawan BBC.
Kesepakatan UE-Turki demi mengatasi krisis imigran mulai berlaku Maret lalu. Di Valletta, para pemimpin UE juga akan membahas masa depan Inggris setelah Brexit dan hubungan Eropa dengan Presiden baru Amerika Serikat, Donald Trump.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News