Balita Suriah yang terkena serangan gas Sarin pada April 2017 lalu (Foto: AFP).
Balita Suriah yang terkena serangan gas Sarin pada April 2017 lalu (Foto: AFP).

Rusia Veto Usulan Perbarui Penyelidikan Serangan Gas Suriah

Arpan Rahman, Marcheilla Ariesta • 18 November 2017 14:09
New York: Rusia memberikan hak vetonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Jumat 17 November 2017. Veto ini dikeluarkan sebagai langkah untuk menolak penyelidikan guna mengidentifikasi pelaku serangan senjata kimia di Suriah beberapa waktu lalu.
 
Sebuah rancangan resolusi yang diajukan Jepang untuk memperluas Mekanisme Investigasi Bersama (JIM) yang dipimpin PBB selama 30 hari untuk memberi waktu bagi perundingan mengenai kompromi yang lebih luas.
 
(Baca: PBB Tuduh Assad Bertanggung Jawab atas Serangan Gas Sarin).

Dilansir dari AFP, Sabtu, 18 November 2017, Rusia menggunakan hak veto mereka untuk mencegah adopsi, padahal 12 anggota dewan lainnya menyatakan 'setuju' untuk melakukan tindakan itu. Hanya Tiongkok yang abstain, sementara Bolivia memilih 'tidak setuju'.
 
Ini adalah kali ke-11 Rusia menggunakan hak veto untuk menghentikan tindakan dewan yang menargetkan sekutu Suriahnya tersebut.
 
"Rusia hanya menyia-nyiakan waktu kita. Rusia tidak berminat untuk menemukan pelakunya bersama dewan lain untuk menyelamatkan JIM," ujar Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley.
 
"Rusia tidak akan menyetujui mekanisme yang bisa menyoroti penggunaan senjata kimia yang dilakukan sekutunya, rezim Suriah. Sederhana dan memalukan," imbuh dia.
 
Sebuah resolusi membutuhkan sembilan suara untuk diadopsi di dewan tersebut, namun, lima negara, yaitu Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia dan AS, dapat melarang adopsi dengan hak veto mereka.
 
Rusia pun berkomentar atas penggunaan veto tersebut. "Setiap perpanjangan mandat JIM bagi kita mungkin hanya menunjukkan kekurangan mendasar dalam pekerjaan yang sudah diperbaiki," kata Duta Besar Rusia di PBB Vassily Nebenzia.
 
Dubes Rusia tersebut menuduh kepemimpinan JIM telah "mempermalukan dirinya sendiri dengan penyelidikan fiktifnya" tentang serangan gas sarin di desa Khan Sheikhun yang dikuasai oposisi.
 
Panel "menandatangani atas namanya terhadap tuduhan tak berdasar kepada Suriah," dia menuduh.
 
Jepang mengajukan usulannya ke depan setelah Rusia pada Kamis 16 November memveto resolusi rancangan AS yang memungkinkan penyidik ahli melanjutkan pekerjaan mereka selama setahun. Resolusi rancangan Rusia yang terpisah, meminta perubahan pada JIM, gagal mengumpulkan dukungan.
 
Serangan gas kimia di Suriah pada tahun ini mengakibatkan puluhan korban jiwa, termasuk di antaranya anak-anak. Pemerintah Suriah langsung dijadikan kambing hitam oleh negara-negara Barat setelah peristiwa serangan udara menggunakan senjata gas kimia di Kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib itu.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan