Namun, salah satu penggunaan paling kontroversial adalah pelatihan anjing untuk menghancurkan tank musuh.
Praktik ini dilakukan terutama oleh Uni Soviet selama Perang Dunia II dengan tujuan menghentikan laju kendaraan lapis baja Jerman.
Latar Belakang Penggunaan Anjing Anti-Tank

Foto: Anjing Soviet di akademi. (1931)
Pada 1924, Uni Soviet memulai program pelatihan militer untuk anjing. Program ini mencakup berbagai tugas, termasuk pengiriman pesan, pencarian ranjau, dan penyelamatan.
Namun, pada 1930-an, konsep anjing anti-tank dikembangkan. Sebuah sekolah pelatihan khusus didirikan di wilayah Moskow untuk melatih anjing-anjing ini.
"Pasukan merah sudah memiliki pengalaman menggunakan anjing untuk berbagai tugas, mulai dari keamanan hingga mengantarkan makanan ke garis depan," jelas Yuri Veremeyev, seorang ahli militer.
"Langkah berikutnya adalah mencoba menggunakan anjing sebagai pembawa ranjau ke tank musuh," lanjut Veremeyev.
Tujuan awalnya adalah melatih anjing untuk membawa bom dengan mekanisme pelepas, meninggalkannya di bawah tank musuh, dan kembali ke operator. Namun, setelah serangkaian kegagalan dalam pelatihan, metode ini diubah.
Anjing-anjing tersebut akhirnya dilatih untuk membawa bom yang akan meledak saat bersentuhan dengan tank, mengorbankan anjing itu sendiri.
Pelatihan yang Ketat
Proses pelatihan anjing-anjing ini sangat intensif. Mereka dilatih menggunakan tank Soviet yang mesinnya berjalan, disertai dengan suara tembakan untuk mensimulasikan medan perang. Metode ini dirancang agar anjing terbiasa mencari tank."Anjing-anjing dilatih untuk mendekati tank karena mereka tertarik dengan makanan panas yang ditempatkan di bawah tank," tambah Veremeyev.
Namun, pelatihan ini menghadapi kendala besar karena tank Soviet menggunakan mesin diesel, sementara tank Jerman menggunakan mesin bensin. Bau yang berbeda sering kali membuat anjing bingung.
Ada juga kisah terkenal tentang seekor anjing bernama Inga yang berhasil unggul dalam pelatihan. "Inga adalah seperti jenius selama pelatihan membawa bahan peledak," ujar Veremeyev. Namun, bahkan Inga gagal menjalankan misi nyata di medan perang.
Penggunaan di Medan Perang
Anjing anti-tank pertama kali digunakan pada 1941 di Front Timur selama Perang Dunia II. Unit awal terdiri dari 30 anjing dan 40 pelatih.Meskipun ada beberapa keberhasilan, seperti menghancurkan tank Jerman di Stalingrad dan Kursk, program ini penuh dengan tantangan.
Banyak anjing yang ketakutan oleh suara tembakan atau kembali ke parit tempat pasukan Soviet berada, yang mengakibatkan ledakan tak sengaja.
Seorang pelatih mencatat pada 16 Oktober 1941: "Mayoritas anjing menunjukkan keengganan untuk bekerja sama, mencoba mencari perlindungan di dalam parit."
Beberapa anjing memicu bahan peledak sebelum waktunya di sisi Soviet, sementara yang lain ditembak saat mundur dari tugas mereka.
Sumber Soviet mengklaim bahwa sekitar 300 tank Jerman dihancurkan oleh anjing anti-tank, tetapi angka ini dianggap propaganda oleh banyak sejarawan.
Tentara Jerman juga dengan cepat beradaptasi, memerintahkan semua anjing ditembak di zona perang.
Akhir Program dan Warisan
Setelah 1942, penggunaan anjing anti-tank menurun drastis. Program ini dinilai tidak efisien dan terlalu berisiko, baik untuk anjing maupun pasukan Soviet. Pelatihan anjing kemudian beralih fokus ke tugas-tugas lain, seperti pendeteksian ranjau."Anjing ini digunakan berdasarkan naluri dasar – rasa lapar," jelas Veremeyev. "Namun, dalam kondisi perang nyata, banyak dari mereka menjadi bingung atau takut."
Meski demikian, konsep anjing penghancur tank tetap menjadi bagian menarik dari sejarah militer. Ia mencerminkan kreativitas manusia dalam menghadapi tantangan perang, sekaligus mengingatkan kita pada dampak tragis konflik terhadap semua makhluk hidup.
Baca Juga:
Kenapa Banyak Wabah Berasal dari Tiongkok? Ini Penjelasan Ahli
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News