"Prancis tidak dapat menentukan siapa pemimpin masa depan Suriah. Tapi sudah menjadi tugas kami untuk memastikan masyarakat Suriah dapat menentukannya sendiri," ucap Macron dalam pidato kedua di konferensi duta besar di Paris.
Ia juga mengingatkan bahwa Assad saat ini berpotensi menciptakan krisis kemanusiaan terbaru di provinsi Idlib, wilayah terakhir yang masih dikuasai sejumlah kelompok pemberontak dan ekstremis.
"Situasi di Suriah mengkhawatirkan. Rezim (Assad) tidak menunjukkan kesediaan untuk bernegosiasi untuk menuju fase transisi politik," lanjut Macron, seperti dilansir dari Middle East Monitor.
Suriah dilanda perang sipil sejak 2011, yang dimulai saat rezim Assad merespons unjuk rasa damai kala itu dengan tindakan represif.
Sejak saat itu, ratusan ribu orang tewas serta jutaan lainnya telantar sehingga harus mengungsi ke sejumlah negara.
Dalam pertemuan di Paris, Macron memaparkan kebijakan luar negeri Prancis ke hadapan 250 dubes.
Sang presiden menekankan empat prioritas di bidang keamanan, perdagangan, daya tarik Prancis di kancah global dan urusan di kawasan Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News