"Dia adalah teroris paling dicari kedua di Sahel, termasuk oleh Amerika," kata Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, dilansir dari AFP, Rabu, 6 November 2019.
Merupakan gabungan dari beberapa kelompok teror yang terkait Al Qaeda, GSIM bertanggung jawab atas serangan terbesar si Sahel pada 2017.
Tentara Mali mengatakan mereka telah berjuang untuk menahan pemberontakan Islamis, dengan dukungan bantuan dari Prancis, negara tetangga Afrika, dan PBB.
Sebelumnya, Parly mengakui situasi keamanan yang sulit di sana. Namun, dia menambahkan Prancis berhasil melumpuhkan salah satu orang paling dicari dunia itu.
"Pada 2020, pasukan khusus dari negara-negara Eropa akan dikerahkan di Mali, bersama pasukan khusus Prancis untuk memberikan 'pengetahuan dan pelatihan' kepada tentara Mali," terang Parly.
Upaya-upaya meningkatkan keamanan ini terjadi kala serangan terus-menerus menghantui Mali. Ini menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan tentara Mali dan dukungan dari negara-negara Eropa dapat mengendalikan situasi di sana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News