medcom.id, Hamburg: Pengadilan Jerman, pada Jumat 10 Februari, melarang seorang pelawak TV membacakan sepenuhnya 'puisi fitnah' terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Puisi itu telah memicu pertikaian diplomatik, tahun lalu.
Dalam puisi, yang disiarkan Maret 2016, satiris Jan Boehmermann mengucapkan serangkaian penghinaan kepada Erdogan dalam bukunya yang disebut upaya menguji 'kebebasan berbicara.'
Pengadilan sipil Hamburg, menjunjung tinggi putusan Mei lalu, yang melarang Boehmermann mengulangi bagian yang panjang dari puisinya. Keberatan dinyatakan dengan bait ke-18 dari 24 bait puisinya.
Diputuskan bahwa penggugat 'Tidak harus menerima penghinaan atau pelecehan verbal,' bahkan jika bait-bait ofensif itu jelas tidak bermaksud untuk dianggap serius.
Seperti dilansir Daily Sabah dalam liputan hasil kerjasama dengan kantor berita pemerintah Anadolu, Sabtu 11 Februari, Presiden Turki sudah minta puisi itu dilarang.
Tampilan Boehmermann membaca syair yang buruk tersebut jadi memburukkan hubungan Berlin-Ankara. Pas di saat Turki merasa berada dalam posisi sangat penting bagi Uni Eropa yang berencana menghentikan aliran massa pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika, terutama menuju ke Jerman.
Sementara di televisi publik ZDF, penyiar yang menayangkan Bohmermann baca puisi dalam acara larut malam 'Neo Magazin Royale' menghapus kontennya dari website dan saluran Youtube tatkala kontroversi menimbulkan kemarahan publik di Turki.
Erdogan juga berusaha keras menggiring kasus pidana terhadap Boehmermann di bawah hukum lese majeste yang jarang ditegakkan. Tapi jaksa Jerman menolak klaim tersebut karena mereka melihatnya hanya sindiran, sehingga berlebihan sekali kalau itu dianggap serius.
Anggota parlemen Jerman di bulan lalu, yang menyerang hukum lese majeste sebagai warisan abad ke-19, terancam hukuman penjara lantaran menghina kepala negara asing, menurut aturan hukum Jerman.
Puisi komedian itu muncul sebagai reaksi atas keputusan Ankara yang sebelumnya memanggil Duta Besar Jerman atas satire lain lagi: sebuah lagu disiarkan di TV Jerman ternyata mencerca Erdogan dalam bahasa yang tidak pantas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News