Angka-angka tersebut didasarkan pada lalu lintas udara dengan asumsi pengurangan 80 persen dalam perjalanan untuk mengetahui dampak penyebaran virus mematikan tersebut. Sementara itu, Prancis memiliki risiko terkena dampak sebesar 25 persen dan Inggris sebesar 15 persen.
"Ini seperti main lotere," kata Derek Gatherer, seorang ahli virus dari Lancaster University Inggris yang telah melacak epidemi terburuk wabah ebola.
Seperti yang dilansir oleh Reuters, Perancis adalah negara yang paling mungkin terkena dampak ebola berikutnya. Sebab, negara ini memiliki rute wisata tersibuk dari Guinea, Sierra Leone dan Liberia yang berbahasa Perancis. Sedangkan Heathrow Inggris merupakan salah satu pusat wisata terbesar di dunia.
Penelitian para ahli menunjukan, Eropa lebih mungkin terkena infeksi ebola.
"Jika ebola terus mengamuk di Afrika Barat dan semakin memburuk, beberapa negara telah diprediksi. Ini hanya masalah waktu dan kasus-kasus ini akan berakhir di pesawat menuju Eropa," kata Gatherer.
Selain Perancis dan Inggris, Belgia memiliki peluang 40 persen, sementara Spanyol dan Swiss memiliki resiko masing-masing 14 persen dalam penyebaran virus ebola.
Namun menurut profesor Alex Vespignani di laboratorium untuk Modeling Biologi dan Sistem Sosial Teknis di Northeastern University mengungkapkan, resiko itu bisa berubah setiap harinya.
"Ini bukan daftar deterministik, ini tentang probabilitas dan kemungkinan untuk tumbuh di semua negara. Ini hanya masalah siapa yang beruntung dan siapa yang tidak," kata Vespignani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News