Berbicara dalam konferensi Partai Konservatif di Manchester, PM Johnson mengaku "optimistis namun tetap waspada" mengenai prospek terjalinnya kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa terkait Brexit.
Ia mengklaim Inggris telah melakukan sejumlah "langkah besar" dalam perjalanan menuju perjanjian Brexit. Namun PM Johnson menilai, pada akhirnya semua tergantung UE untuk merespons proposal Inggris.
Sementara itu, Kanselir Sajid Javid dari partai Konseravatif menilai Brexit bisa saja berakhir tanpa perjanjian apapun pada tenggat waktu 30 Oktober mendatang. Hal itu disebut Javid bisa terjadi walau ada sebuah aturan yang mencegah PM Johnson untuk menarik Inggris dari UE tanpa perjanjan apapun.
Namun PM Johnson yakin Brexit akan tetap terwujud tanpa melewati tenggat waktu. "Apapun yang terjadi, kita akan keluar (dari UE) pada 31 Oktober," tegas dia, disitir dari Mirror.
Terlepas dari tekad PM Johnson, parlemen Inggris bisa meminta penundaan Brexit jika tidak ada kesepakatan yang terbentuk pada dalam KTT UE di Brussels pada 17-18 Oktober mendatang.
Agustus lalu, PM Johnson telah meminta Ratu Elizabeth untuk menangguhkan parlemen selama lima pekan hingga 14 Oktober. Menurutnya, pembekuan itu diperlukan untuk memungkinkannya dikenalkannya agenda legislatif baru.
Dalam acara yang sama di Manchester, Menteri Perdagangan Inggris Liz Truss menilai PM Johnson memang harus terus berunding dengan UE mengenai Brexit.
Ia mengaku yakin kali ini parlemen Inggris akan menerima proposal akhir Brexit versi PM Johnson, setelah tiga kali menolaknya saat Theresa May masih menjadi pemimpin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News