Sembilan kandidat berusaha menggantikan petahana Dalia Grybauskaite yang telah menjabat selama dua periode. Namun sejumlah jajak pendapat memprediksi hanya tiga capres yang mampu melaju ke pilpres putaran kedua pada 26 Mei mendatang -- bertepatan dengan pemilu Parlemen Uni Eropa.
Tiga kandidat unggulan itu adalah Perdana Menteri Saulius Skvernelis, mantan menteri keuangan Ingrida Simonyte dan ekonom Gitanas Nauseda.
Simonyte populer di kalangan kelas menengah ke atas dan kaum urban. Sementara pendekatan populis Skvernelis disambut baik masyarakat miskin di wilayah pedesaan.
Sedangkan Nauseda berusaha menggalang dukungan dengan mengangkat isu kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Lithuania adalah negara pecahan Soviet dengan total populasi 2,8 juta jiwa.
Lithuania berjuang menghadapi masalah menurunnya jumlah populasi dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan emigrasi massal ke Eropa Barat untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Sekitar seperempat warga Lithuania hidup di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan hanya sekitar 300 euro atau berkisar Rp4,8 juta.
"Masyarakat haus akan keadilan sosial dan mencari seorang kandidat yang mampu menjembatani polarisasi sosial," kata Donatas Puslys dari Vilnius Policy Analysis Institute kepada kantor berita AFP.
Semua capres Lithuania mendukung keanggotaan UE dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai benteng dalam menghadapi Rusia. Sejak intervensi Rusia terhadap Ukraina pada 2014, sejumlah negara Baltik -- termasuk Lithuania -- khawatir mengalami nasib serupa.
Berbeda dari beberapa negara Eropa timur lainnya, Lithuania cenderung berusaha menghindari konflik dengan UE.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News