Sylvain Maillard, seorang politikus dari partai Presiden Emmanuel Macron, berada di antara 20 anggota parlemen yang ikut dalam gerakan syal merah ini.
"Kita perlu untuk mengembalikan ketenangan di negara ini," kata Maillard.
"Protes rompi kuning yang digelar untuk kali pertama memang penting, tapi presiden sudah mempunyai proposal kuat dan saat ini sedang digelar debat nasional. Negara menginginkan demonstrasi penuh kekerasan ini dihentikan," cetus dia, seperti disitat dari The Telegraph.
Gerakan syal merah adalah gagasan Laurent Soulie, seorang insinyur asal Toulouse yang mengecam serangan rompi kuning terhadap polisi dan jurnalis. Demonstran syal merah terlihat lebih banyak diikuti kelas menengah, liberal dan rata-rata berusia lebih tua dari rompi kuning.
Salah satu moderator gerakan syal merah di laman Facebook, Julien, membantah unjuk rasa tandingan ini eksklusif di kalangan kelas menengah. "Ini demokrasi, yang dilakukan dengan gaya seperti rompi kuning," tutur dia.
Unjuk rasa rompi kuning berlanjut ke pekan kesebelas pada Sabtu 26 Januari. Jumlah demonstran mencapai 69 ribu di seantero Prancis, turun dari pekan sebelumnya di angka 84 ribu.
Saat ini kepolisian antihuru-hara di Prancis dilengkapi kamera untuk merekam penggunaan senjata pengendali massa. Kamera digunakan setelah adanya keluhan bahwa sekitar 2.000 warga sipil dan lebih dari 1.000 polisi terluka sejak gerakan rompi kuning dimulai pada November tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News