PM Belanda Mark Rutte saat menghadapi Geert Wilders di debat terakhir (Foto: AFP).
PM Belanda Mark Rutte saat menghadapi Geert Wilders di debat terakhir (Foto: AFP).

Warga Beri Suara di Pemilu, Garis Keras Belanda Diuji

Fajar Nugraha • 15 Maret 2017 12:59
medcom.id, Den Haag: Jutaan warga Belanda memberikan suaranya dalam pemilu parlemen. Pemilu kali ini juga menjadi ujian bagi kelompok sayap kanan yang dipimpin oleh politikus anti-Islam Geert Wilders.
 
Menyusul referendum Brexit dan kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat, pemilu di Belanda menjadi uji coba baru dari kekuatan kelompok sayap kanan di Eropa tahun ini.
 
Di tengah pertarungan antara Perdana Menteri Mark Rutte dan pemimpin sayap kanan, Wilders, sekitar 12,9 juta warga yang memiliki hak pilih masih belum menentukan pilihannya menjelang tempat pemungutan suara dibuka.
 
Seperti dilansir AFP, Rabu 15 Maret 2017, tempat pemungutan suara dibuka pada Rabu 15 Maret pukul 6.30 pagi dan ditutup pada pukul 20.00 malam. PM Rutte pun merasa yakin akan hasil pemilu kali ini.
 
"Ketika rakyat melihat kepemimpinan, mereka melihat kepada saya," ujar Rutte pada debat terakhir, Selasa 14 Maret.
 
Pemimpin partai liberal, VVD ini tengah mencari kesempatan untuk menjabat sebagai Perdana Menteri Belanda di periode ketiga. Pemilu Belanda sendiri menjadi perhatian kerena posisi negara yang pernah menjajah Indonesia itu merupakan salah satu kekuatan ekonomi besar di zona Eropa dan salah satu pendiri dari Uni Eropa.
 
Wilders tergelincir
 
Pada poling terakhir yang dikeluarkan Selasa, menunjukkan suara Rutte menjauh dari Wilders. Partai VVD yang dia pimpin berada di atas dengan perolehan 24 hingga 28 kursi.
 
Sementara Partai Kebebasan (PVV) yang dipimpin oleh Wilders tampak berada di posisi kedua. PVV diperkirakan hanya akan meraih kursi antara 19 hingga 22. Namun raihan itu diperkirakan meningkat mengingat ada 12 anggota parlemen dari PVV yang masih berada di parlemen saat ini.
 
Kedua sosok ini memiliki perbedaan mendasar dalam kampanyenya. Rutte dalam kampanyenya mengutarakan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas selama enam tahun kepemimpinannya.
 
Sedangkan Wilders bersumpah untuk menutup perbatasan terhadap imigran Muslim, menutup masjid dan melarang penjualan Alquran. Untuk Eropa, Wilders juga mendesak Belanda mengikuti jejak Inggris dan keluar dari Uni Eropa.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan