"Prancis mempertimbangkan semua opsi, termasuk status darurat," ujar juru bicara pemerintah Benjamin Griveaux kepada radio Europe 1, Minggu 2 Desember 2018.
Sejumlah serikat polisi telah menyerukan kepada pemerintah untuk segera menerapkan status darurat. Petugas menilai status diperlukan agar bentrokan tidak kembali terjadi Sabtu pekan mendatang.
Bentrokan di tengah demonstrasi ini menelan dua korban jiwa dan membuat ratusan lainnya terluka. Sebanyak 200 orang juga telah ditangkap di wilayah Paris karena dinilai sebagai provokator.
Presiden Prancis Emmanuel Macron geram terhadap para pengunjuk rasa yang berbuat kekerasan. Macron menyebut mereka yang berbuat kekerasan sebagai "penjahat."
"Saya selalu menghormati perdebatan, dan saya selalu mendengarkan suara oposisi. Tapi saya tidak akan pernah bisa menerima aksi kekerasan," tutur Macron dalam konferensi pers di Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Buenos Aires, Argentina, 1 Desember.
"Tidak ada yang bisa membenarkan seseorang untuk menyerang petugas, menjarah pertokoan, mengancam pejalan kaki atau jurnalis, atau mengotori Arc du Triomphe," lanjut dia.
Baca: Penentang Kenaikan BBM Bertekad Lumpuhkan Paris
Macron menegaskan akan menghakimi siapapun yang terbukti melakukan aksi kekerasan. "Mereka yang berbuat kekerasan bukan mendorong perubahan. Mereka tidak ingin ada perbaikan dalam hidup. Mereka hanya ingin menimbulkan kekacauan," ucap Macron geram.
Sepulangnya dari Argentina, Macron menggelar pertemuan darurat mengenai situasi terkini dengan perdana menteri dan menteri dalam negeri.
Dalam unjuk rasa terbaru pada Sabtu 1 Desember, kepolisian Paris menyebut jumlah pedemo mencapai 75 ribu orang di seantero Prancis. Mereka semua kompak mengenakan rompi berwarna kuning, yang merupakan benda wajib dibawa semua pengendara di Prancis.
Harga diesel, jenis BBM yang banyak digunakan di mobil-mobil Prancis, meningkat sekitar 23 persen dalam 12 bulan terakhir menjadi 1,51 euro atau setara Rp25 ribu per liter. AFP melaporkan itu merupakan titik tertinggi sejak awal 2000-an.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News