Juru bicara kepolisian Islandia mengatakan kepada BBC, Jumat 17 Januari 2020, bahwa pemeriksaan post-mortem akan dilakukan awal pekan depan untuk menentukan penyebab pasti kematian.
Petugas tidak menemukan tanda-tanda "aksi kriminal" oleh pihak ketiga dalam kasus ini. Ia mengatakan jasad kedua turis menunjukkan tanda-tanda "hipotermia."
Pada 1973, sebuah pesawat militer Amerika Serikat jatuh di pantai Solheimasandur. Tidak ada korban tewas dalam kecelakaan tersebut.
Badan pesawat tersebut masih berada di pinggir pantai, dan telah menjadi sebuah situs wisata.
Menurut keterangan kepolisian Islandia, aparat dikerahkan pada Kamis 16 Januari usai warga menemukan sebuah jasad wanita di sebuah jalan setapak menuju situs pesawat jatuh. Petugas menemukan jasad pria tak jauh dari jenazah pertama sekitar dua jam kemudian.
Sebuah mobil yang diyakini telah disewa kedua korban ditemukan di lokasi parkir situs wisata. Islandia telah menginformasikan penemuan dua jenazah ini ke Kedutaan Besar Tiongkok.
Johannes Thor Skulason, kepala Asosiasi Pariwisata Islandia, mengatakan ke situs berita Ruv bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah hotel dan penyewaan mobil untuk memperingatkan turis mengenai bahaya cuaca buruk.
"Kami beruntung atas lonjakan industri pariwisata dalam beberapa tahun terakhir, meski ada beberapa kejadian semacam ini yang harus bisa kami antisipasi," ujar Skulason.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News